Pagi ini penuh pesona. Pesona
tentangmu yang sepertinya membicarakan tentang sosok lain melalui prosa liris
yang sederhana. Terlebih dahulu aku ingin mengucapkan selamat pagi untukmu yang
sementara kutinggalkan. Bukan kutinggalkan rasa dan jiwa melainkan hanya raga.
Raga kita yang terpisah tidak dalam satu kota. Semoga kamu berkeadaan baik di
sana.
Entah bagaimana perasaan ini mampu
kugambarkan. Lebih tepatnya kuungkapkan. Benar-benar luar biasa. Antara terkaan
dan anganmu yang mungkin tak sama denganku. Siapakah ia? Siapakah sosok yang
kamu ceritakan itu? Menjadi terka terhebatku hari ini, mampu membuatku
tiba-tiba tersenyum gede rasa karena ku
kira aku, tetapi juga mampu membuatku tiba-tiba merasa menjadi sosok tidak beruntung karena belum mampu sedikit
mengalihkan pandanganmu, mungkin saja itu sosok lain, inikah rasa cemburu?
Aku bercerita tentang reaksiku ketika
kamu menulis itu. Cukup hanya satu kalimat tanya, ‘hei, itu siapa?’. Siapakah
sosok yang kamu ceritakan itu, beruntung sekali ia. Beruntung karena mampu
melampaui langkahku yang masih tertatih untuk mencoba mengenali dirimu,
tertatih mencoba memperkenalkan diriku dengan apa adanya aku, tertatih hanya
untuk membuatmu menyapaku. Ia benar-benar sosok paling beruntung saat ini,
beruntung sangat.
Tuhan, aku cemburu sepertinya. Aku
seperti cemburu saat sosok itu diceritakan dalam prosa lirisnya. Aku saja yang
berusaha lebih lama untuk sedikit mengalihkan pandangannya belum pernah
sekalipun dijadikan sosok seistimewa itu. Ingin rasanya aku meneteskan air dari
mata sayuku. Ingin rasanya kamu tidak pernah melakukan itu, menceritakan sosok
lain yang kuketahui. Hei apa-apaan ini. #Berperang dengan argumen.
Dengan Kasih...
Embun Jingga
Dengan Kasih...
Embun Jingga
0 komentar:
Posting Komentar