Kamis, 31 Januari 2013

Penghujung Januari

Selamat siang para pendaki mimpi. Rinjani kali ini hadir dengan tampilan halaman baru. Semoga tidak mengecewakan para pendaki mimpi yang lain ya. Tetap setia dan menikmati setiap coretan yang tertuang. Mengapa Rinjani tetap mempertahankan hijau sebagai warna dasarnya halamn ini? Hijau itu ceria, hijau itu menawan, hijau itu warna kesukaan Rasul, hijau itu adalah keteduhan dalam setiap keadaan. Cukup banyak filosofi tentang hijau yang jikalau tertuang Rinjani tak akan selesai mengidentifikasikannya.

Berbicara tentang tema, kali ini Rinjani akan mereview pencapaian apa saja yang sudah dicapai selama satu tahun kemarin, tahun yang menurut Rinjani begitu luar biasa. Menerima dengan tidak mudah dan mengakhiri dengan tidak boleh menyerah. Mau tahu apa saja pencapaian Rinjani di tahun 2012 kemarin? Ini dia pencapaian Rinjani sebelum memasuki usia 20 tahun.

1. Staf Muda PSDM Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya 2011 – 2012.
2. Staf Ristek BEM Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya 2012.
3. Staf HRD Unitas Riset dan Karya Ilmiah Mahasiswa Universitas Brawijaya 2012.
4. Ketua Departemen Teknologi dan Informasi Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Brawijaya 2012.
5. Anggota Divisi Pembinaan Mata Pena FIB Universitas Brawijaya 2012.
6. Tentor Brawijaya Mengajar Sesi 2 Universitas Brawijaya.
7. Lolos Presentasi sebagai Peserta Lomba PKM MABA Piala Rektor Universitas Brawijaya 2012.
8. Peserta Terbaik 1 Cabang Debat Bahasa Indonesia Kandungan Al-Quran MTQ Tingkat Universitas Brawijaya 2012.
9. Peserta Lomba Karya Tulis Tingkat Nasional UNS 2012.
10. Beberapa kepanitian yang luar biasa mulai level jurusan hinggan nasional. dll

Itulah beberapa pencapaian yang berhasil Rinjani capai. Mungkin belum begitu prestisius, tapi bagi Rinjani itu adalah jalan dan nikmat Allah yang luar biasa indah dan dahsyatnya. Selalu bersyukur dan ditingkatkan adalah satu dari sekian cara untuk kita tetap mampu survive di bumi Tuhan.

Lalu, untuk saat ini apa saja sih pencapaian yang sudah berhasil Rinjani lakukan? Baik, Rinjani akan berbagi, ini dia pencapain yang berhasil Rinjani lakukan Desember 2012 – Januari 2013.

1. Lolos sebagai Participant Event Tingkat Nasional Global Peace Volunteer Camp 1.14 di Kota Batu Desember 2012.
2. Lolos sebagai Participant Event Tingkat Nasional CINTA Indonesia oleh Embassy USA dan UNESCO di Kota Malang Januari 2013.
3. Lolos sebagai Paricipant Event Tingkat Nasional Klasik Muda Surabaya di Kota Surabaya Januari 2013.
4. Ketua Umum Forum Penelitian dan Kepenulisan Ilmiah Kultura FIB Universitas Brawijaya 2013.
5. Ketua Departemen Penelitian Pengabdian dan Pengembangan Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Brawijaya 2013.
6. Staf HRD Forum For Indonesia Malang 2013.  

Berbekal enam rintisan yang menurut Rinjani mujarab sebagai stimulus nantinya semakin hari pencapaian yang dicapai akan semakin luar biasa. Tentunya ini bukanlah suatu bentuk mengangkuhkan diri, melainkan semoga menjadi stimulus bagi teman-teman atau adik-adik tingkat yang biasanya mengirim pesan singkat kepada Rinjani.

Setiap orang memiliki cara sendiri untuk meraih mimpi. Tapi setiap orang memiliki satu kesamaan dalam jalan menuju mimpi yang akan diraih, apakah itu? Jalan yang baik. Jalan yang baik inilah bagi setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda namun sama dalam keadaan umumnya. Jatuh bangun tidak jarang terjadi, suka duka setia menghiasi, kecewa dan luka menjadi satu parit menyakitkan yang harus dengan bijak disikapi. Percaya, kasih Tuhan dalam setiap hambaNya yang masih percaya. Rinjani sayang dan disayang Tuhan.

Senin, 28 Januari 2013

HARI PERTAMA

Ini adalah hari pertama aku tanpa mereka, mereka yang senantiasa mengisi dan memberikan berbagai tuntutan dan pilihan dalam hidupku. Bukan aku ingin menjadi sosok sok tegar, sok kuat, sok angkuh, sok-sok-sok dan sok lainnya. Dalam hidup kita diberi banyak pilihan, pilihan saling menggunakan kesempatan saat sama-sama jatuh hati, membuang kesempatan karena menyakini ada kesempatan lain yang lebih indah, menjadikan kesempatan hanya sebagai media coba-mencoba dalam peruntungan kisah, dan menjadikan hidup ini hanya sebagai drama kolosal yang pemenang seringkali bertubi-tubi mengalami kekalahan, entahlah... aku hanya pandai mendeskripsikan.

Luka yang menganga lebih dari tiga ratus lima puluh enam hari dikali empat bahkan enam ini akhirnya membusuk juga. Bagaimana tidak, garam saja tak enggan menyipratinya dengan sesendok air takaran sirup tiada henti, ia membusuk berbau dan menjijikan. Rasanya mengering itu seperti mimpi, iya mimpi buta bahwa manusia tak akan lagi merasakan luka. Membuat dibuat bahkan menjadi racun penyebar luka itu suatu metamorfosis hidup yang teramat keji. Aku merasakan itu.

Luka itu akhirnya datang. Ia menjadi sorotan yang merajang-rajang bahkan menguliti perasaanku. Ia dengan kejam menghardik setiap perjuangan yang diam-diam aku lakukan, tapi sampah. Ia menjadi seolah-olah air putih yang meracuni dengan senyawa kimia terganasnya. Sial, aku menjadi satu sebaran lukanya. Aku kurang waspada hingga aku hampir mati dengan konyolnya. Luka itu seperti nestapa buatan para pemilik otak luar biasa, iya luar b iasa cerdasnya. Aku merasakan luka.

Ini bukan antara rasa yang akhirnya terkubur dalam entah hingga berapa puluh tahun dalam hidupku. Aku masih ingin normatif dalam hidup, ingin berbahagia dengan lima belas ribu balon setiap lima belas bulan ketiga masehi setiap tahunnya. Aku masih ingin meraih satu-persatu mimpi untuk menjadi agent of change negeri ini. Aku juga masih ingin menjadi bagian cerita manis tentang rasa yang akhirnya dipertemukan dengan belahan kecocokan yang akan menemaninya hingga denyut jantung seakan flat dan normatif (pergi selamnya), kebahagiaan itu selalu dan masih selalu ingin menjadi mimpi, tapi bukan saat ini.

Maaf kuhaturkan pada setiap rasa-rasa yang pernah kutaburkan pada jiwa-jiwa yang pernah mencoba dan bahkan telah mengisi. Aku bukan pergi dan tak bertanggung jawab atas setiap hentakan rasa ini, aku hanya sedang dihardik luka sedam-dalamnya. Bagaimanapun aku tetap hawa yang senantiasa mudah tersentuh rasanya, bahagia itu cita, tapi luka masih terlalu menjadi pemenang dan peran utama. Aku kalah, akhirnya aku mengalah. Pasca risalah-risalah ini tertuang, tiga ratus lima puluh enam hari dikali tujuh hingga sepuluh akan tersambut juga masanya, masa di mana bahagia mengiringi setiap titik-titik keringat manusia yang berjuang, salah satunya aku. Aku yakin aku pemenang dan aku bahagia dengan semua mimpi yang tercoret karena kugapai manisnya.

Lingkar Cahaya, dua puluh delapan januari dua ribu tiga belas pukul tujuh belas lima puluh.