Selasa, 06 November 2012

ASAL USUL DUSUN SUMBERBENDO DESA SIDOMULYO KECAMATAN WATES KABUPATEN KEDIRI


Desa Sidomulyo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Jawa Timur. Di desa Sidomulyo terdapat salah satu nama dusun bernama dusun Sumberbendo. Dusun ini merupakan dusun terbaru di desa Sidomulyo. Dusun ini memiliki latar belakang berdiri yang unik dan mengandung nuansa mitos.
Awalnya Desa Sidomulyo terdiri atas tiga dusun, yakni dusun Kalen, dusun Boto, dan dusun Winong. Di desa Sidomulyo terdapat sebuah pondok (pesantren) milik H.Abdul Majid* bernama pondok Darussalam. Di pondok tersebut terdapat sebuah masjid, bernama Darussalam. Jamaah di Masjid Darusalam terbilang banyak saat itu. Dari pondok dan masjid tersebut yang menjadi cikal bakal berdirinya yayasan Darul Falah* Kecamatan Wates Kabupaten Kediri saat ini.
Namun kemudian H.Abdul Majid meninggal dunia selaku pengasuh sekaligus pemiliki pondok. Setelah H.Abdul Majid meninggal, tongkat estafet kepemimpinan diserahkan kepada putrinya yang bernama Ruqoyah (mbah Ruqoyah). Ia kemudian menjadi pengasuh pondokmenggantikan ayahnya bersama suaminya H.Tohir.
Suatu hari mbah Ruqoyah memiliki ide untuk membuka suatu wilayah. Hal tersebut dikarenakan jamaah di masjid Darusalam teramat banyak sehingga masjid kurang dapat menampung. Atas ide mbah Ruqoyah dan disetujui suaminya haji Tohir, mereka memprakarsai perlu diadakan perluasan wilayah di daerah dusun Kalen. Perluasan tersebut menuju ke daerah selatan dan barat dari dusun Kalen. Namun di sini keunikan terjadi, mbah Ruqoyah dan Haji Tohir tidak melaksanakan kegiatan itu sendiri, ia ingin memilih salah satu santrinya untuk membuka wilayah tersebut.
Mbah Ruqoyah kemudian berdiskusi dengan suaminya Haji Tohir. Setelah melalui proses diskusi terpilihlah salah satu santri mereka bernama Bunder (mbah Bunder). Ia didapuk menjadi seseorang yang akan melaksanakan ide tersebut karena dianggap santri yang termasuk kuat secara agama. Selain itu agar ia dapat memperluas dakwah islam ke daerah baru tersebut.
Setelah terpilih, mbah Bunder meminta doa restu kepada mbah Ruqoyah dan haji Tohir (pengasuh pondok) untuk membabat (membuka) alas (hutan)di daerah yang diperintahkan oleh pengasuh pondok tersebut. Mbah Bunder mulai mempersiapkan diri membuka alas dengan bertapa di sumber (mata air). Saat itu alas yang akan dibabat, kondisinya masih berupa kawasan yang sangat lebat dengan banyak terdapat tumbuhan bambu serta hewan liar lainnya. Saat akan bertapa itu pula mbah Bunder merasa terperangah melihat terdapat sumber yang mbelik (air muncul dari dalam tanah). Hal tersebut merupakan suatu pemandangan yang sangat indah.
Pada saat bersemedi di sumber utara, mbah Bunder ditemui oleh seekor Ular besar. Ular tersebut menyuruh mbah Bunder pergi ke sumber yang satunya (selatan) untuk perihal izin membuka alas. Kemudian mbah Bunder pergi ke sumber selatan. Di sana  ia bertemu dengan macan (harimau). Macan tersebut menanyakan maksud kedatangan mbah Bunder. Macan tersebut akhirnya menyuruh mbah Bunder untuk kembali ke sumber utara dan memenuhi persyaratan yang diajukan oleh penunggu sumber utara.
Sesampainya di sumber utara, ular tersebut menyetujui permintaan mbah Bunder untuk membuka alas di daerah tersebut (membabat alas). Namun sebelum itu Ular memberi persyaratan kepada mbah Bunder, yakni keturunan mbah Bunder dan juga warga yang akan menempati tempat tersebut tidak boleh membuat makam di alas yang akan dibabat untuk kemudian dijadikan wilayah tersebut. Dengan demikian hingga saat ini setiap ada keturunan mbah Bunder atau warga desa Sumberbendo yang meninggal harus dimakamkan di pemakaman Kalen dan sekitarnya.
Setelah itu mbah Bunder mulai membabat alas dengan bantuan santri pondok yang lainnya. Di tempat di mana mbah Bunder membabat alas tersebut, dibangunlah sebuah tempat tinggal. Di tempat tinggal tersebut dibangun sebuah masjid, yang kini nama masjid tersebut bernama masjid Baitul Mamur.
Nama sumberbendo sendiri diambil dari dua sumber yang ada di dusun tersebut. Di sekitar sumber tersebut juga terdapat cukup banyak pohon bendo. Sehingga mbah Bunder menamakan dusun tersebut dengan nama Sumberbendo. Begitulah asal muasal dusun Sumberbendo kecamatan Wates kabupaten Kediri.
KETERANGAN TANDA BINTANG
* Haji Abdul Majid merupakan mbah yut dari narasumber.
* Yayasan Darul Falah merupakan yayasan yang dikelola keluarga besar narasumber.

2 komentar:

  1. Nyuwun ngapunten... niki putu mbah majid ingkang paring asma sinten?

    BalasHapus
  2. Salam Kenal dari baitulkhitankediri.com, kami melayani Khitan Kota Kediri di dan Juga Kediri Kabupaten (Pare, Ngadiluwih, dan sekitarnya), Khitan Aman, Modern dan Profesional.



    TErima kasih sudah berbagi sejarah sumberbedo

    BalasHapus