Desa Sidomulyo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Wates
Kabupaten Kediri Jawa Timur. Di desa Sidomulyo terdapat salah satu nama dusun
bernama dusun Sumberbendo. Dusun ini merupakan dusun terbaru di desa Sidomulyo.
Dusun ini memiliki latar belakang berdiri yang unik dan mengandung nuansa
mitos.
Awalnya Desa Sidomulyo terdiri atas tiga dusun, yakni dusun Kalen, dusun
Boto, dan dusun Winong. Di desa Sidomulyo terdapat sebuah pondok (pesantren) milik
H.Abdul
Majid* bernama pondok Darussalam. Di pondok tersebut terdapat sebuah masjid,
bernama Darussalam. Jamaah di Masjid Darusalam terbilang banyak saat itu. Dari
pondok dan masjid tersebut yang menjadi cikal bakal berdirinya yayasan Darul Falah* Kecamatan Wates Kabupaten
Kediri saat ini.
Namun kemudian H.Abdul Majid meninggal dunia selaku pengasuh sekaligus
pemiliki pondok. Setelah H.Abdul Majid meninggal, tongkat estafet kepemimpinan
diserahkan kepada putrinya yang bernama Ruqoyah (mbah Ruqoyah). Ia kemudian
menjadi pengasuh pondokmenggantikan ayahnya bersama suaminya H.Tohir.
Suatu hari mbah Ruqoyah memiliki ide untuk membuka suatu wilayah. Hal
tersebut dikarenakan jamaah di masjid Darusalam teramat banyak sehingga masjid
kurang dapat menampung. Atas ide mbah Ruqoyah dan disetujui suaminya haji
Tohir, mereka memprakarsai perlu diadakan perluasan wilayah di daerah dusun
Kalen. Perluasan tersebut menuju ke daerah selatan dan barat dari dusun Kalen.
Namun di sini keunikan terjadi, mbah Ruqoyah dan Haji Tohir tidak melaksanakan
kegiatan itu sendiri, ia ingin memilih salah satu santrinya untuk membuka
wilayah tersebut.
Mbah Ruqoyah kemudian berdiskusi dengan suaminya Haji Tohir. Setelah
melalui proses diskusi terpilihlah salah satu santri mereka bernama Bunder
(mbah Bunder). Ia didapuk menjadi seseorang yang akan melaksanakan ide tersebut
karena dianggap santri yang termasuk kuat secara agama. Selain itu agar ia
dapat memperluas dakwah islam ke daerah baru tersebut.
Setelah terpilih, mbah Bunder meminta doa restu kepada mbah Ruqoyah dan
haji Tohir (pengasuh pondok) untuk membabat (membuka) alas (hutan)di daerah
yang diperintahkan oleh pengasuh pondok tersebut. Mbah Bunder mulai
mempersiapkan diri membuka alas dengan bertapa di sumber (mata air). Saat itu
alas yang akan dibabat, kondisinya masih berupa kawasan yang sangat lebat
dengan banyak terdapat tumbuhan bambu serta hewan liar lainnya. Saat akan
bertapa itu pula mbah Bunder merasa terperangah melihat terdapat sumber yang mbelik (air muncul dari dalam tanah). Hal
tersebut merupakan suatu pemandangan yang sangat indah.
Pada saat bersemedi di sumber utara, mbah Bunder ditemui oleh seekor Ular
besar. Ular tersebut menyuruh mbah Bunder pergi ke sumber yang satunya
(selatan) untuk perihal izin membuka alas. Kemudian mbah Bunder pergi ke sumber
selatan. Di sana ia bertemu dengan macan
(harimau). Macan tersebut menanyakan maksud kedatangan mbah Bunder. Macan
tersebut akhirnya menyuruh mbah Bunder untuk kembali ke sumber utara dan
memenuhi persyaratan yang diajukan oleh penunggu sumber utara.
Sesampainya di sumber utara, ular tersebut menyetujui permintaan mbah
Bunder untuk membuka alas di daerah tersebut (membabat alas). Namun sebelum itu
Ular memberi persyaratan kepada mbah Bunder, yakni keturunan mbah Bunder dan
juga warga yang akan menempati tempat tersebut tidak boleh membuat makam di alas
yang akan dibabat untuk kemudian dijadikan wilayah tersebut. Dengan demikian
hingga saat ini setiap ada keturunan mbah Bunder atau warga desa Sumberbendo
yang meninggal harus dimakamkan di pemakaman Kalen dan sekitarnya.
Setelah itu mbah Bunder mulai membabat alas dengan bantuan santri pondok
yang lainnya. Di tempat di mana mbah Bunder membabat alas tersebut, dibangunlah
sebuah tempat tinggal. Di tempat tinggal tersebut dibangun sebuah masjid, yang
kini nama masjid tersebut bernama masjid Baitul Mamur.
Nama sumberbendo sendiri diambil dari dua sumber yang ada di dusun
tersebut. Di sekitar sumber tersebut juga terdapat cukup banyak pohon bendo.
Sehingga mbah Bunder menamakan dusun tersebut dengan nama Sumberbendo. Begitulah
asal muasal dusun Sumberbendo kecamatan Wates kabupaten Kediri.
KETERANGAN TANDA BINTANG
* Haji Abdul
Majid merupakan mbah yut dari
narasumber.
* Yayasan Darul Falah merupakan yayasan yang dikelola
keluarga besar narasumber.
Nyuwun ngapunten... niki putu mbah majid ingkang paring asma sinten?
BalasHapusSalam Kenal dari baitulkhitankediri.com, kami melayani Khitan Kota Kediri di dan Juga Kediri Kabupaten (Pare, Ngadiluwih, dan sekitarnya), Khitan Aman, Modern dan Profesional.
BalasHapusTErima kasih sudah berbagi sejarah sumberbedo