Rabu, 19 Desember 2012

Saya dan Global Peace Volunteer (GPV CAMP 1.14)di Kota Agropolitan Batu

Luar biasa. Satu frasa yang mewakili perasaan saya hari ini. Sabtu 15 Desember  - Minggu 14 Desember 2012 adalah Desember terbaik yang pernah saya rasakan. Bagaimana tidak? Saat itu saya bertemu dengan beberapa pemuda dan pemudi hebat dari berbagai kota di Indonesia. Kita dipertemukan dalam sebuah acara luar biasa persembahan Global Peace Foundation, yakni Global Peace Volunteer 1.14. Dengan mengusung tema Young People Making Change, maka sudah bisa dipastikan setiap volunteer yang hadir saat itu adalah setiap pemimpin, minimal pemimpin dalam dirinya sendiri.

Dalam champ yang dilakukan selama 2 hari 2 malam tersebut, banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan. Mulai dari pematangan materi yang lebih menyelami dalam kepribadiaan, misalnya “True Love” hingga sesi yang menguras air mata dan memflash back masa lalu yang nyata, apalagi kalau bukan ‘heart to heart’. Bonus dalam setiap materi dan sesi yang dijalani adalah games yang luar biasa kreatifnya.

Berbeda dengan vhamp-champ lain yang seringkali menyuguhkan mengenai organisasi, kepemimpinan, manajemen forum atau konflik. GPV Champ hadir dengan suguhan pelengkap, yakni menekankan kepada HEART. Perubahan pola sudut pandang dalam menyikapi kehidupan, seperti sudut pandang, perbedaan, dan lain-lain, akan terjadi pasca mengikuti Champ yang dinahkodai Mr. Nicholas, Mrs.Atri, Kak Afand, Kak Ricky, Kak Pandu, Kak Nadia, Kak Iim, Kak Lutfi, dan siapa lagi ya? (maaf belum mengingat semua).

Cerita bermula saat saya memasuki Aula Wisma Holtikultura Batu. Saat itu saya dipasangkan berkelompok dengan enam pemuda hebat. Berikut enam pemuda hebat tersebut:
 - si kakak pemilik ide kreatif, setiap presentasi jurus andalan DRAWING, siapa lagi kalau bukan Kak Wahyu dan Kak Komang (saya baru tahu kalau teman-temannya ada yang memanggil TOGAR), mereka sama-sama mahasiswa Teknik Lingkungan ITS angkatan 2010. Satu SD, beda SMA, dan lucunya waktu sesi Heart to heart yang ambil undiannya super acak, eeee...mereka malah dipasangkan oleh angka.
- si kakak berkacamata, jangan ditanya soal retorika (public speaking), karena dalam bidang itu kakak satu ini keren sekali. Siapa lagi kalau bukan Kak Sarah “Queen”. Ia adalah mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Airlangga angkatan 2009 (saya tertipu dengan penampilannya, saya kira dia angkatan 2011).
- si kakak yang manis ini adalah volunteer yang kota asalnya paling jauh di antara kami bertujuh. Siapa lagi kalau bukan Kak Marisa. Ia adalah mahasiswa ilmu administrasi negara Universitas Sriwijaya angkatan 2009. Hal yang paling saya ingat dari kakak yang satu ini adalah ketika kita sedang Service Project di kubangan mirip sawah yang ditanami selada air, kakinya sendiri yang tidak kotor. Luar biasaaa!!! Padahal kami berenam sudah sangat amat kotor sekali.
- Laaa...kalau yang ini adalah kakak yang satu pasangan dengan saya saat heart to heart. Siapa lagi kalau bukan kakak terkalem (maaf saya belum mengetahui bahasa indonesianya “kalem”) yakni kakak Ria Restu. Ia adalah mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Airlangga 2009. Kakak yang cukup memotivasi saya ini karena kisah hidupnya yang luar biasa ceritanya, membuat saya semakin meningkatkan rasa syukur dalam menjalani hidup.
- Dan yang terakhir inilah leader dalam  kelompok kami “ONE HEART”, yakni Hadiatullah. Mahasiswa Biologi angkatan 2012 (yang sebenarnya angkatan 2011) Universitas Brawijaya ini. Cukup banyak volunteer yang tertipu oleh wajahnya yang mewakili mahasiswa angkatan 2008/ 2009. Berkat semangatnya one heart bisa menjalani semua fase presentasi dengan MEMUASKAN. Kata ibu Atri (kalian adalah pelengkap dari setiap sesi presentasi).

Selain keenam pemuda yang saya deskripsikan di atas, masih ada dua puluh tiga pemuda hebat lainnya dalam champ ini. Mereka adalah: si duo Arum dan Kiki dari surabaya, kak meta dari palembang, kak hasbi kak erwin kak Mujahid dan Arief dari Makasar, si kaca mata yang ceria dan luar biasa Adel dan Ganis dari ITS Surabaya, kak Fathur dari Malang,  Si selebritis kak Tika dan pak guru Kak Bagus dari Universitas Negeri Surabaya, duo “T” Tonas dan Tanti dari universitas negeri tetangga Universitas Negeri Malang, kak  Ria T bu guru dari Cepu yang masih kelihatan mahasiswa baru, ada lagi Jayek, Fahmi, Ila, ada juga mbak dari UNS fakultas Ekonomi yang lupa namanya, dan siapa lagi ya... wah saya agak pelupa ternyata. (Misal saya ingat saya edit lagi nanti tulisan saya).

Terima kasih untuk keluarga Global Peace Volunteer 1.14.
YOUNG PEOPLE MAKING CHANGE
“PERUBAHAN ITU DI MULAI DARI SENDIRI, UNTUK DIRI SENDIRI, UNTUK KELUARGA, LINGKUNGAN, INDONESIA, DAN DUNIA”
ONE FAMILY UNDER GOD.
Ajuuuuuuuuuuu!!!!


Sabtu, 08 Desember 2012

Masih bolehkan Tuhan?

KANGEN 
WS RENDRA
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya
Membayangkan wajahmu adalah siksa
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan
Engkau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api

Aku juga merindumu dalam genggaman jemariku yang meraut jemarimu dalam bingkai foto klise. Aku juga masih merindumu, iya kamu, siapa lagi. Merindu dalam setiap ingatanku tentangmu. Merindu dalam setiap menyimak lagu yang pertama kita dengarkan. Merindumu dalam buliran air mata yang tiada lelah mengiringimu dalam pergi.

Aku tidak dapat mengandaikan bagaimana aku sekarang tanpamu. Aku tidak dapat mengandaikannya. Aku begitu bungkam atas setiap terjal cerita yang kita kehendaki sendiri, semua begitu berat untuk diungkapkan. Seberapa jauh jarak kita? Seberapa lama tatapan mata kita tak saling bersua bahkan beringin dalam angannya? Semua itu terlalu lama dan mengepal menjadi air mata.

Aku tidak lagi tahu bagaimana caraku mengatakan semuanya. Semua begitu saja mengalir, entah dengan atau tanpa rasa. Semua melebur dalam dramatika kisah kita yang begitu sulit untuk saling diceritakan. Sampai-sampai kita saling diam bukan? Iya diam, melihat bagaimana rasa menjalankan setiap organnyam melihat bagaimana rasa menempatkan condongnya dengan mandiri. Bukankah kita tak pernah ikut campur atau ingin menggenggamnya? Iya menggenggam tanpa ingin terlepas, aku dan kamu tak pernah ingin melakukan itu.

Pertemuan genap kita yang diakhiri dengan usapan air mata dari jemarimu bukanlah satu dari sekian babak yang aku inginkan. Aku masih menginginkan pertemuan ganjil selanjutnya, genap selanjutnya. Aku ingin kita saling ada dalam segala bentuk rupa, entah nyata atau maya. Aku masih ingin membisikan beberapa frasa ke gendang telingamu. 

Ceritamu masih kutunggu. Iya cerita tentang Habibi yang makan tiga kali sehari. Cerita yang kamu utarakan padaku saat aku tidak teratur makan. Cerita itu masih terpotong bukan? Lalu ajakanmu untuk makan dengan masakan kita sendiri pasca kita buka puasa bersama di Hoka-hoka bento, iya kamu utarakan itu setelah aku tidak bisa memakai sumpit saat hendak makan masakan jepang, lalu tiba-tiba dagingnya melompat ke arah salah satu pengunjung seperti telenovela, kamu masih ingat bukan? Aku sudah mempersiapkan buku resep masakan untuk agenda itu, agenda masak bersama kita.  Aku ingin memasak untukmu. Semua ini tentangmu, iya kamu. Siapa lagi?

Saat ini mungkin kita menjalani siklus lelah, siklus bosan, siklus yang tidak pernah kita harapkan. Tapi masih bolehkah aku percaya kita mampu melaluinya? Kita tidak akan pernah tahu bagaimana takdir kita, tapi TUHAN MASIH MEMPERBOLEHKANKU UNTUK MEMINTA SEGALA, entah bagaimana sekarang kita? Kita yang hanya bisa saling diam.

Terima kasih rasa...
Kamu sudah memberi warna yang tidak kutahu akhirnya...

(Malang, delapan desember dua ribu dua belas)

#Jiwaku-My Girl My Women My Friend.