Selasa, 17 Desember 2013

Rabu Fight!!!

Pulang kuliah TARAAA. Seneng sih awalnya? soalnya bisa nusuk 3 bakso 2 kasar 1 halus di samping langganan Juz Semangka, ditambah sampai depan kos nusuk lagi 4 telur puyuh dan 1 bakso dari SPADA!!! Ditambah segelas cappucino cincau si mbak yang ramah, LENGKAP!!! mirip kayak anak SD senengnya, tiba-tiba masuk kamar inget SOSIOLINGUISTIK, inget kalau besok harus ke Surabaya nglengkapi data setelah kuis Dasar-dasar penelitian. Berarti malam harus ngebut, besok pagi konsultasi, belum persiapan ke surabaya, campur aduk gak karuan, target one day one juz belum selesai. PECAH BINGUNG!!! Gak takut ngulang sih, cuma takut aja dibilang gak optimal sama bapak ibuk. Buru-buru telepon ibuk, denger suaranya ibuk hati langsung dingin, mencair... APAPUN KERJAKAN SEBISAMU!! Siap-siap Lembur: Menyelesaikan transkrip data - dipilih mana data primernya - sambil nyelesein sambil belajar kuis dasar-dasar penelitian - Packing buat ke ITS - Tahajudnya jangan lupa :) RABU DISONGSONG, RABU CERIA :)

Senin, 16 Desember 2013

Sosiolinguistik Oh Sosiolinguistik...


Desember ini ditutup dengan mengUTAMAkan kamu dari pada yang lain. Istirahat dari kompetisi-kompetisi karya tulis, mengurangi aktivitas pada organisasi, menjadi perempuan yang CUKUP TANGGUH untuk pelan-pelan melepaskan Merah Jambu Syndrome :) Karena KAMU saya tahu bagaimana seharusnya SAYA FOKUS untuk memperdalam bidang keilmuan saya. Kenapa? Karena satu setengah tahun dari hari ini Saya harus berjuang menjadi seorang Pendidik yang dalam ilmunya, besar pengabdiannya, seorang peneliti yang berguna bagi BAHASA PEMERSATU bangsanya, dan Bertanggungjawab atas semua yang saya dapatkan di hadapan Allah, Agama, Masyarakat dan wilayah tinggal saya :) Terima kasih Sosiolinguistik, terima kasih bapak Wahyu Widodo :) FIGHT!

Di Sela Kuliah Menggambar Instrumen :)

Lalu...tiba-tiba saya merasa asing berhadapan dengan kamu. Serasa spasi-spasi yang saya tulis di buku harian saya tepat tidak meleset. KAMU, dengan cara apapun kamu ingin dipikirkan, dikuatkan oleh saya, coba ingat-ingat kembali bagaimana lepasnya cara tersenyum kita. Saya bilang SENYUM kita, bukan senyum sembunyi-sembunyi antara Malang dan Surabaya. Life is simple saya pikir benar, TIDAK INGIN MUDAH merasa hambar... Semoga :)


Minggu, 15 Desember 2013

Masuk 01:17 WIB

Bahkan dalam waktu HAMPIR 3  hari saja, kamu mampu membuat semuanya lucu. Kamu mampu membuatku sulit tidur dan harus mengonsumsi sejenis obat yang berefek samping kantuk. Kamu mampu membuatku berpikir dalam waktu 1,5 tahun ini harus kubuat seMENARIK apa hidupku. Kamu mampu membuatku menjadi lebih dewasa di depan Ibuku. dan kamu mampu mengatur semua hidupku dengan mudah. Semudah aku menyelesaikan bacaan-bacaan tentang Qais dan Laila, lalu keluarga Pierre dan Marie Curie, dan benar KAMU SEDANG MEMPENGARUHI HIDUPKU, mendekati seberpengaruhnya dosen matakuliah Sosiolinguistik terhadap paradigmaku memandang hidup.


KAMU, selalu ada doa paling indah, agar tidak melalaikan jamaah, tidak meninggalkan one day one juz, dan menambah hafalan kalam Ilahi. Jaga kesehatan, jangan bandel minum es setelah latihan Taekwondo, atau pulang terlalu lelah seharian berkutat di Laboratorium.

- Selamat beribadah sunnah, 
“Hendaklah kalian shalat malam, karena shalat malam adalah kebiasaan yang dikerjakan orang-orang shaleh sebelum kalian, ia adalah ibadah yang mendekatkan diri kepada Rabb kalian, penghapus berbagai kesalahan dan pencegah perbuatan dosa.” (HR. Tirmidzi) -



Sabtu, 14 Desember 2013

Adaptasi Kutipan Buya Hamka :)

KETIKA KAMU MERASA TAK ADA SIAPAPUN DI SAMPINGMU, yakini bahwa dalam setiap langkah kakimu, pikir otakmu, gerak tangan dan tubuhmu, segala rasamu, ADA ALLAH yang selalu menemani, tanpa pernah kamu minta dan rajuk, kasihNya selalu ada... Hanya UNTUK KAMU YANG MEMPERCAYAINYA :)


Senin, 09 Desember 2013

Yakin? BAIK Menurut Allah juga?

Semangat pagi :) Semangat berawal pekan!!! Buat senin pemula ini saya katakan WOW!!! Kok bisa? Hayo habis ngapain? Habis jadi detektif buat masa lalu orang lain lagi :) -SALAH- Senin 9 Desember ini terasa Wow karena saya merasa bahwa ada yang janggal dalam kehidupan saya berhari-hari ini. Lagi mekar-mekar ya hatinya? Ups!!! BISA JADI, kok janggal? Ini gambarannya.

- Kamu tidak sabar ingin segera membaca pesan singkat darinya, tetapi pesan-pesan Allah dalam Al-quran sudahkah kamu pahami sepenuhnya? -
- Kamu suka senyum-senyum nerima pesan singkat darinya, apakah kamu juga suka senyum-senyum saat jam menunjukkan saatnya kamu membaca pesannya Allah?-
- Kamu suka gak karuan hatinya pas ada panggilan masuk, ndredeg campur aduk, apakah ketika Allah memanggilmu melalui adzan 5 waktunya kamu juga seBERASA itu? -
- Kamu suka dengar-dengar kata-kata manisnya, kamu berusaha percaya, ehhh...kamu tidak boleh lupa Allah sudah lebih dulu memberi janji-janji terbaikNya dan Demi Apapun itu semua bukan Dusta-
- Hayo kamu sedang berusaha menunjukkan performa terbaikmu di depannya, apa kabar investasimu untuk perbaikan Akhirat? -

Entah kenapa saya ingin menuliskan ini semua, perasaan gak karuan, tiba-tiba dingin ketika kita SEMAKIN MENGINGAT ALLAH, MENCOBA MENDEKAT DALAM PELUKANNYA, kamu tidak akan tahu bagaimana siklus ini menghadapkanmu pada realita. Kamu hari ini bahagia, bisa jadi besok nangis, besoknya lagi kecewa, TAPI DIJAMIN KETIKA KAMU SELALU MENYERAHKANNYA KEPADA Allah, TIDAK AKAN ADA KEPASTIAN YANG MENYAKITKAN. Kamu hanya perlu berupaya lebih untuk mengatur dengan jeli, mana hati mana nafsu, mana janji mana pasti.


Surah ke-2 Al-Baqarah ayat 216

...Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui

Hayo, masih yakin baik menurut kamu baik menurut Allah? Kamu punya sekian pengalihan dan pelarian terbaik untuk hal-hal yang saat ini bisa dikatakan "GUDONE WONG SEKOLAH". Bapak dan Ibuk sering bilang, "Sekolah seng tenanan, neng kono seng ngati-ngati, ojo lali sholat mbi ngajine". Tiba-tiba saya merasa Mungkin ada yang salah dalam beberapa hari ini, mungkin harus ada yang diperbaiki sebelum semakin menjadi-jadi, mungkin harus ada cara yang lebih pasti untuk mencoba saling berhenti, BUKAN SAYANG... Bukan berhenti untuk saling menyayangi, tapi memberhentikan paradigma NGAWUR dalam menerjemahkan rasa, rasa yang dipintal-pintal menjadi benang-benang kuat, bukan malah cepat berkarat, SAYA HANYA TIDAK INGIN MERUBUHKANNYA lebih cepat, ada cara lain untuk saling berkirim hasrat, mungkin DOA.

Memerlakukan pembahagiaan bukan harus menyamadengankan dengan cara-cara pembahagianmu kepada orang lain sebelum adanya kita. Harusnya kita lebih jeli lebih punya cara yang terinovasi dalam membahagiakan, kita mungkin akan saling bertanya? Dengan apa? COBA KAMU LIHAT TARGET-TARGET MIMPIMU, apa sudah kamu capai satu demi satu? COBA KAMU LIHAT LEBIH DALAM PADA HATIMU, apa sudah seyakin itukah kamu pada kotak nama pasangan kita di lauhul mahfudz...

Mungkin ini adalah tulisan pertama saya tentang hal yang mengenyampingkan sudut pandang bebas saya mengenai rasa dan hasrat. 20 tahun dan masih dalam pencarian jati diri, semoga Allah menyayangi kita dan mimpi-mimpi kita.

KOTAKU Malang, belajar menulis di saat kehilangan fokus karena rasionalitas yang tertutupi oleh melankolis dengan intens.nya. Semoga menjadi pencerahan. :)

Semangat berawal pekan, semangat lebih awal untuk menyadari kekhilafan!!!

INI DESEMBER YA?

Harusnya kita bisa pergi bersama-sama mencari bunga Matahari :) INI DESEMBER, spasi mana lagi yang harus saya STABILO? Semangat awal pekan, entah saya harus menyebutmu apa lagi :D

Minggu, 08 Desember 2013

Selamat Sore Hujan Apa Kabar Resolusimu?

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Pembaca setia blog rinjani. Salam sejahtera bagi kalian semua. Selamat menikmati hujan. Apa kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat dan selalu termotivasi untuk melanjutkan hidup dengan mimpi-mimpi kalian. Sore ini saya hadir dengan wajah yang SEDIKIT dipaksa untuk mudah senyum dan lebih ceria, mau tahu mengapa? Salah satunya karena saya merasa memiliki kalian teman-teman pengunjung setia blog ini, pembaca kisah-kisah polos dan hanya mengandalkan semangat dalam menulisnya, semoga bermanfaat.

Kota malang sore ini dipenuhi hujan, bukan hujan-hujan air mata kegupuhan mendekati Ujian Akhir Semester, melainkan hujan yang sungguh membuat saja de javu dengan cukup seringnya. Saya merasa pernah melewati momen-momen ini sebelumnya, Ups! Langsung merujuk pada postingan pertama saya tahun 2011 ya? BUKAN! Bukan tentang itu, langsung kesindir :p hihiii...

Baiklah, topik saya sore ini adalah tentang RESOLUSI. Hwaaa??? Apa itu resolusi? Buka kamus ya, jreng-jrenggg... Ini artinya!!!
re·so·lu·si /résolusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yg ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tt suatu hal: rapat akhirnya mengeluarkan suatu -- yg akan diajukan kpd pemerintah
Dengan kata lain jika dikaitkan dengan konteks mimpi, maka dapat dikatakan resolusi adalah target atau keinginan yang sudah kita bulatkan untuk dicapai dalam kurun waktu yang telah kita tentukan. Ribet banget ya? INTINYA adalah ‘target’. Apa sajakah resolusi teman-teman satu semester ini? Buka catatan semua ya... langsung pindah pandang ke saya, kalau saya di antaranya adalah MEMILIKI SAHABAT (minimal 1 laki-laki dan 1 perempuan). Sudahkah tercapai?

            Yappp!!! Itulah salah satu resolusi saya sebelum 2013 ini berakhir, saya ingin memiliki sahabat. Lebih kontekstualnya teman dekat, teman yang bisa mengajak saya untuk berkembang dan semakin positif menjalani hidup. Mungkin teman-teman yang membaca catatan-catatan di dinding saya akan tertawa, mengapa satu semester hanya satu? Karena bagi saya dalam stratanya sahabat dan teman adalah suatu hal yang berbeda. Berbeda dalam fungsi, sama dalam tujuan. Berteman dan bersahabat adalah kegiatan yang sama-sama menyenangkan, berteman dan bersahabat sama saling mengajak untuk berkembang, tetapi apakah ia berteman atau bersahabat itu adalah urusan hati.

Mungkin edisi kali ini adalah pengembangan dari edisi-edisi sebelumnya, jika dalam edisi sebelumnya saya menceritakan tentang Nofi Hendri Arizandy dan Ika Mazkia Izzati, kali ini saya akan menceritakan tentang Apriyani Purwaningsih. Taraaa!!! Siapakah dia? Merupakan perempuan asli Tuban kelahiran 20 tahun silam, suka berpuisi dan kritis dalam setiap presentasi-presentasi di kelas. Progress belajarnya sangat signifikan, dibuktikan dengan target-target pencapaian akademik yang WOW luar biasa. Ia yang sering bawel kepada saya jika berurusan dengan akademik dan CINTA, hingga tentang keluarga.

Teman yang paling asyik jika berurusan dengan makanan, mulai dari menusuk pentol pinggir jalan, minum teh racek, jajan empek-empek imitasi Palembang, hingga paling semangat SOK-so’an kalau ada event kompetisi di luar negeri. Teman yang membuat saya semakin semangat belajar Bahasa Inggris, bukan bahasa penjajah. Lalu titik istimewanya di mana? Mungkin di arah tujuan kaki kita. Kita cukup sering pulang kuliah bersama, walaupun datang kuliah lebih sering berbeda karena saya sering terlambat datang, kita cukup sering saling bertanya bersama, walaupun dalam pemahamannya saya lebih jarang TIDAK TUNTAS, tapi dia melengkapi, tidak pernah mengeluh jika saya bertanya dalam waktu yang tepat, MELENGKAPI!. Iya, mungkin begitulah gambaran pertemanan kami, sampai hari ini pun saya masih abstrak haruskah saya menyebutnya sahabat, tapi tingkat kenyamana itu lebih, setara saat kami bertiga Afif, Apri, Ika berjalan bersama hanya untuk jajan Bakso di pinggir jalan. Terima kasih J

Saya menemukan suatu petikan kalimat hikmah penuh arti ketika sedang mencari ilmu di Mushola Nurul Ilmi Fakultas MIPA (Mushola pertama yang bersejarah bagi saya). Begini petikan itu saya dapatkan:
Bukanlah kesia-siaan menghabiskan waktu untuk teman itu ketika teman sakit dan kita mengnjunginya, ketika dia banyak pekerjaan dan kita membantunya, dan ketika lupa kita datang mengingatkannya “ (Atha’).

            Subhanallah, lalu nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? Pelan-pelan piala-piala pembuktian itu memberi senyum pada seisi rumah, pelan-pelan kegersangan hati mulai diisi oleh jejak-jejak pendapat, peningkatan-peningkatan kualitas pemikiran, dan sebab salah satunya adalah kalian teman. Teman itu sederhana, sesederhana minum es dawet selasih di pinggir jalan saat saya lelah setelah presentasi final LKTIN UNS kemarin. Apakah resolusi saya telah tercapai? Kita lihat saja nanti J See you on top!!!

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selasa, 03 Desember 2013

Edisi Adaptasi Pernyataan Dosen :)

PERBEDAAN peneliti dan politisi yakni Peneliti tidak akan mampu berkutik lagi jika data yang ada tidak sesuai dengan kenyataan yang ada ATAU tidak ada data yang akan dihadapi, tetapi POLITISI TETAP MAMPU BERKUTIK dan MENGHINDAR WALAUPUN DATA YANG DISAJIKAN TIDAK ADA BAHKAN TIDAK SESUAI.
- Pikir Panjang -

sumber asli Bapak Wahyu Widodo, M.Hum. Salah satu dosen yang selalu menginspirasi saya :)

Senin, 02 Desember 2013

Bagaimana Kabar Mimpi-Mimpi Kita? (Bersama Tuhan Dalam Pelukan Doa) Bagian 2

Mungkin ibuk saya dan satu teman yang saya anggap saudara saya sendiri, Teknik Mesin ITS’09 sangat mengetahui bagaimana perasaan saya saat itu. Tangis menjadi satu dengan kata ‘seandainya-dan seandainya’, hinggal Allah kemudian mencoba menenangkan hati saya dengan memberikan kabar bahwa Indeks Prestasi Kumulatif saya mengalami PENINGKATAN menjadi 3,7 sekian.... Saya tidak pernah menduga bahwa target dan hasil yang Allah inginkan di luar dari prediksi saya yang tidak mencapai angka sebesar itu. Lalu nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Semua itu merupakan ringkasan kisah saya di semester 4 sebagai mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Brawijaya. Dan,,, Jrenggg---jreennggggggg... Selamat Datang di Semester Lima. Ada momen yang tidak terlupakan di awal semester lima di penghujung semester empat. Iya, saat saya dinyatakan lolos dalam Konferensi Ilmuwan Muda Indonesia Tulisan Untuk Negeri Universitas Indonesia 2013. Wellcome again Depok. Ini merupakan kali kedua saya pergi ke kampus kuning. Bersama dengan para mahasiswa fakultas EKSAK kami berkompetisi dalam KIMI UI’13. Saya yang notabene berasal dari bidang pendidikan humaniora, hanya mengandalkan kemampuan otodidak saya. Masih sangat ingat, satu kalimat yang saya gunakan untuk menjawab pertanyaan dari juri adalah ‘INDONESIA DIBANGUN DARI DESA’. Pernyataan itulh yang saya anggap diselipi doa dari seluruh penduduk desa di Indonesia hingga akhirnya di Malam puncak penganugerahan para ilmuwan, karya saya dan keempat rekan saya mendapatkan POSISI TERBAIK SEBAGAI JUARA PRESENTASI POSTER BIDANG KONSERVASI LINGKUNGAN KONFERENSI ILMUWAN MUDA INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA 2013. Allahu Akbar!!! Mungkin itulah kali pertama saya menangis ketika Tuhan dengan sangat pemurah dan yakin menjadikan saya dan teman-teman saya orang-orang yang beruntung. Melalui kompetisi inilah, saya merasa dipertemukan dengan berbagai media berita dan dari sinilah saya berani memulai. SAYA SEMAKIN YAKIN ALLAH MEMBERI PORSI YANG SAMA DALAM MEMURAHKAN KESEMPATAN, DALAM MEMBERIKAN HADIAH, DAN DALAM MEMBERI COBAAN BAGI SEMUA HAMBANYA. Menunduk bahwa kita masihlah kecil merupakan HAK MUTLAK ALLAH. Akhirnya saya bisa dengan riangnya naik bajaj dan mengunjungi beberapa lokasi yang menjadi ciri khas ibukota negara saya INDONESIA.

Jadilah pendengar yang baik!!! Saya tidak menyangka ide saya setelah mendengarkan presentasi salah satu peserta KIMI UI tentang hutan, menggugah hati saya untuk mulai SEMAKIN MENYAYANGI NGAWI. Iya, kabupaten di mana saya dilahirkan. Kabupaten yang dengan ikhlas mau saya kotori dengan darah yang pertama kali ibu saya keluarkan untuk melahirkan saya. Ngawi, yang katanya hanya jadi tujuan transit bukan tujuan utama jika hendak menuju kota Solo, Yogyakarta dan sekitarnya. Dengan semangat lebih membara deari biasanya saya mulai semakin yakin mengenal Ngawi dengan lebih dekat, tentunya dengan tulisan. TEPAT!!! Saya menggali ide kreatif dan inovatif saya bersama kedua rekan saya untuk menjadikannya sebuah karya tulis bermanfaat bagi sekitar, kemudian mengikutkannya ke Festival Ilmiah Mahasiswa UNS 2013. Masih nyata diingatan saya ketika tahun 2012 saya harus menerima kebelumberuntungan saya dalam kompetisi tersbeut, dan subhanallah dengan sentuhan Kun Fayakun saya dan ketiga teman saya berhasil menjadi JUARA 1 FILM UNS 2013. Allahu akbar!!! Sujud syukur di depan, ini meruapakn rencanaNya, bukan rencana kami. Bagaimana tim kami begitu PESIMIS dengan lawan-lawan berkarya TEKNOLOGI DAN PENGEMBANGANNYA. Kamu tidak akan pernah tahu seberapa besar cintaNya untukmu, kamu hanya perlu lebih mencintaiNya, dengan cinta termewahmu.

Mungkin kalimat bergaris miring itulah yang semoga Allah dengar tentang perasaan saya kepadaNya. Mungkin saya bukanlah anak Unit Kerohanian Islam yang mungkin lebih tahu cara mengekspresikan rasa cinta kepadaNya, tapi saya memilik cara tersendiri dalam mencintaiNya, dengan upaya menuju cara yang sebenar-benarnya. TIDAK ADA PENGHAKIMAN UNTUK SETIAP KEYAKINAN. Itulah yang juga mendorong saya untuk bergerak lebih banyak menuju cerita-cerita yang saya inginkan menjadi kenangan pahit dan manis bagi saya, keluarga saya, dan masa depan serta tua saya. Saya bersama kedua rekan saya memodifikasi dan mengembangkan karya yang akhirnya menjadi karya terbaik dengan penobatan JUARA 1 GANESA FORDIMAPELAR UB DAN IKATAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENALARAN MAHASISWA INDONESIA (ILP2MI) 2013.  Saya seakan tidak dapat berkata apapun malam itu, hanya perasaan-perasaan luar biasa yang membeku menjadi satu bersama dengan semakin cintaNya saya kepada Sang Maha Pembuat Keputusan.

Dan hari ini saya dengan sadar tidak pernah ragu melabuhkan semua mimpi-mimpi saya kepadaMu. Satu poin yang harus saya klarifikasi dalam perjalanan saya yang masih begitu panjang (Aminnn), bahwa dalam kehidupan ada sesuatu yang harus kita KORBANKAN, itu saya rasakan dengan sadar, mengorbankan bukan berarti tidak pernah mendoakan yang terbaik. Mengorbankan bukan berarti saya tidak lagi peduli. Saya memiliki cara saya sendiri untuk selalu berharap yang terbaik. Semoga tidak ada yang tersakiti dan Allah akan memahamkannya pada kita.

Finally... I think enough.Masih banyak kisah-kisah yang belum saya ceritakan pada teman-teman pembaca setia blog saya yang InsyaAllah tetap akan istiqomah (Sempat sedikit tergoda untuk pindah kepada tumblr sih)... heheeee... Untuk dokumentasi cerita saya, kisah-kisah yang belum saya ceritakan, akan saya susulkan pada episode selanjutnya yakkkk... Hari ini saya harus menjumpai kembali bapak dosen tersepuh dan terunik dalam kuliah Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Bapak Aboe Dhari. Semoga bermanfaat buat para pembaca, TUHAN ADALAH ARSITEK TERBAIK DALAM KEHIDUPAN KITA, KAMU TIDAK PERLU MERAGUKAN, CUKUP YAKINI DAN EKSEKUSI SEMUA MIMPI-MIMPI KAMU, PELAN-PELAN KAMU RASAKAN TUHAN SEDANG MEMELUK MIMPI-MIMPIMU DAN MEMBANTU MERAIHNYA.

Semangat Desember J
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabaraktuh

Bagaimana Kabar Mimpi-Mimpi Kita? (Bersama Tuhan Dalam Pelukan Doa)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semangat pagi teman-teman Rinjani. Terima kasih masih senantiasa berkunjung ke blog amatir ini. Puji syukur ke hadirat Allah yang maha lembut dan maha pengasih, senantiasa mengasihi saya dengan segala kemurahan dan cintaNya hingga detik ini. Meninggalkan september – Oktober – Nopember untuk melaju bersama Desember menuju awal gerbang 21. 20 tahun mungkin bukanlah fase usia remaja bagi saya dan kehidupan saya. Bagaimana dahsyatnya Allah memberi waktu 20 tahun untuk bersama-sama makhluk istimewa lainnya di dunia ini. Subhanallah, semoga menambah kecintaan saya kepada Allah Azza Wajala.

Di akhir tahun kedua puluh saya, ingin rasanya saya berbagi dengan teman-teman pembaca makna mengenai ‘RENCANA ALLAH JAUH LEBIH INDAH’. Mungkin ini merupakan tahun pertama yang cukup dahsyat bagi saya dan tanjakan pengawal yang baik untuk sesuatu yang saya anggap prestasi. Siapkan fokus teman-teman, siapkan pula pikiran teman-teman bahwa INI BUKANLAH RIYA’ ATAU CERITA PAMER, semoga Allah dan kedua malaikat mengamini pernyataan saya.

Semua berawal dari Mei 2013, ketika Forum Studi Islam Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengadakan sayembara menulis naskah film religi dengan tema Realisasi Cinta Untuk Islam, saya diajak oleh kakak tingkat saya untuk mengikuti kompetisi tersebut. Dulu saya selalu minder untuk mengikuti kompetisi-kompetisi berskala nasional. Bagi saya itu merupakan kompetis jagoan-jagoan yang cerdas di bidangnya. Tanpa memiliki basic penulis, saya pun menggunakan kemampuan ‘ALAY’ saya dan proses editing yang bisa dikatakan pula amatir. Kami pun mengirimkan karya Jilbab Anisa VS Yasmin dan Subhanallah, karya kami menjadi JUARA II ISLAMIC SCRIPWRITING COMPETITION FSI UI 2013. Pada bulan itulah saya pertama kali menginjakkan kaki di ibukota, harus berpetualan dari Malang – Surabaya – Jogja –Depok setelah ketinggalan kereta, saya mulai mengetahui bahwa IBUKOTA MEMILIKI RUANG BAGI MEREKA YANG MAU TERUS BERUSAHA DAN BERDOA. Saya begitu terpesona dengan PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI UNIVERSITAS INDONESIA. Ingin tahun ini menjadi satu di antaranya...

Lalu perjuangan di mulai dengan lebih sungguh-sungguh ketika saya dan keempat rekan saya dinyatakan lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat DIKTI 2013. Wawww... Alhamdulillah, ini KALI PERTAMA SAYA BISA TEMBUS DALAM EVENT KEILMIAHAN. Dengan semangat tinggi kami mencoba mengentaskan permasalahan di Desa Sidoasri Kabupaten Malang. Untuk pembaca ketahui desa ini memiliki potensi Mangrove yang luar biasa, selain itu di desa ini memiliki pantai yangs ering disebut sebagai Pantai Perawan, mengapa perawan? Konon katanya karena pantai ini belum terjamah oleh industri pariwisata dan sejenisnya. Pantai dari selatan pulau Jawa ini memang sangatlah luar biasa (nanti akan saya buatkan reportasenya) ya. Jatuh bangun, masuk UGD, izin sakit dan tidak mengikuti perkuliahan, pergi ke surabaya dengan kondisi hujan berat, semua kami lalui. PIMNAS MERUPAKAN SATU MIMPI KAMI, TAPI BUKAN TUJUAN KAMI. Itulah yang membuat kami tegar ketika kami dinyatakan tidak mendapatkan undangan PIMNAS di Mataram, dan kesalahan kami yang tidak mengupload laporan akhir. Allah tidak hanya memberi satu jalan untuk membuat kita tersenyum.

Sabtu, 30 November 2013

Catatan Kilas

LALU...ada titik poin terpenting yang harus digarisbawahi dalam kebersamaan, inilah yang akhirnya bersifat prisipil, IYA, IDEOLOGI. Apakah ideologi yang dimiliki sejalan, apakah misi untuk ketercapaian visi dapat dibcrkan dg lebih baik, lalu apakah kamu mampu menyederhanakan adat-adat yang berbeda dg tetap menjaga kehormatan keluargamu? Bukan saatnya kamu harus membaca buku-buku melankolis Tere Liye tentang kompleksnya perasaan, buku tentang Jokowi-Iriana, catatan pasca menikah milik Asma Nadia. Kamu hanya membutuhkan penetralisir perasaanmu, lebih banyaklah membaca buku Pramoedya Ananta Toer bahkan sekian kalinya lagi kamu perlu menamatkan buku Catatan seorang Demonstran dan kembali menjalani kehidupanmu dengan LEBIH TAKUT MENYAKITI DAN MENGKHIANATI TUHAN :)

Rabu, 27 November 2013

Shubuh Tadi Q.S An-Naba'


Kamu tahu seperti itulah senyumku setiap kita membicarakan tentang mimpi-mimpi kita. Mimpiku dan mimpimu membangunkan mimpi-mimpi yang bernama kita. Kamu bilang 'rindumu padaku semakin menebal setiap harinya', kamu harus tahu kita sedang dalam tahap menahan, dalam tahap memperbaiki, dalam tahap mengupayakan, dan dalam tahap memperjuangkan yang terbaik.

Berikan yang terbaik untuk masa depan yang sudah kita impi-impikan :)

Suka membaca, memahami Al-quran dan buku - Cumlaude - Prestatif - Organisatoris amanah - Berbakti orang tua - Berguna bagi umat... SENYUMMM :)

Selasa, 26 November 2013

Catatan Shubuh :)

"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah" (Adz-Dzaariyaat: 49)
- Tenang Jodoh -

sumber poto: N.A.S

Setenang-tenangnya semua harus diupayakan bukan? Dengan Jalan? Islam dan adat istiadat telah mengaturnya. Tinggal bagaimana kamu memilih satu di antara dua atau kamu kombinasikan :)

Sabtu, 17 Agustus 2013

Belajar Mengenal Madura #bagian dangkal

Happy weekend sahabat Rinjani. Sabtu ini saya akan memberikan argumentasi berupa celotehan-celotehan saya mengenai Madura. Betul, Madura yang dulu sering saya dengar sebagai kota Garam *katanya di Indonesia. Sebuah pulau yang terletak di ujung Jawa Timur, memiliki beberapa kabupaten di dalamnya. Madura identik dengan panas dan gersang *katanya. Menyelipkan tanda bintang dan ‘katanya’ merupakan salah satu bentuk bahasa yang tepat karena saya belum pernah mengunjungi Pulau Madura tersebut.

Okay kita atur cerita yang akan saya ceritakan. Berbicara dengan Madura identik dengan kegiatan Study Tour saya ketika kelas XI di MAN 2 Madiun. Saat itu secara tidak sengaja atau sengaja, bus yang kami naiki memasuki jembatan Suramadu, kami tidak berhenti dan tidak turun dari bus tersebut. Hanya melewati saja, melewati. Lalu jika mendengar Madura, ingatan saya juga kembali terkuak dengan kisah saat Pesantren Kilat di Jombang goes to Campus *apaan sih namanya. Saat itu kami diajak mengunjungi Jembatan Suramadu lagi, lebih beruntung bus yang kami naiki berhenti dan sedikit banyak saya bersama teman-teman mulai menginjakkan kaki di tanah yang memang rasanya berbeda dengan tanah Jawa. Eitsss...bukan diskriminasi loo... *hawanya saja.

Itu seklumit tentang saya dan Madura versi lokasi. Ingin tahu Madura menurut saya dengan metode analisis? Laaa,,, kalau yang ini berawal dari kunjungan bapak Zawawi Imron *kalau yang sastrawan pasti pada kenal, minimal suka sastra. Beliau berkunjung ke Universitas Brawijaya pada tahun 2011 akhir, pada saat itu saya iseng-iseng ikut membaca puisi, malamnya bapak Zawawi ini mengisi sejenis kuliah tamu. Siapa sangka siapa duga, karena saya baru pertama kali mendengar namanya beliau berasal dari Sumenep Madura. YES, Sumenep kabupaten paling ujung dari Pulau Garam ini. Kabupaten yang setahu saya dari cerita teman saya merupakan kabupaten yang dahulunya berdiri sebuah kerajaan/ keraton. Balik ke Pak Zawawi ya, beliau begitu mencintai sastra, lebih dari suka, dan sungguh-sungguh luar biasa karyanya, coba deh sekarang pada baca karya beliau, minimal yang judulnya IBU. Bahasanya lantang dan mengena.  

Masih bergumal dengan Madura, kebetulan pagi ini saya membaca Majalah Mimbar Pembangunan Agama (Majalah dari Kementerian Agama), saya terbiasa membaca majalah tersebut sejak saya mulai mengenalnya. Kira-kira ya sejak saya masih di MTsN Kedunggalar-Ngawi, bapak yang kebetulan bekerja di bawah nanungan Kementerian Agama selalu mendapatkan majalah tersebut, ndak teliti juga sih berapa kali terbit dalam satu tahun. Langsung ya, saya menemukan karya-karya puisi yang dimuat minimal dan mayoritas pasti karangan dari warga Madura dan serius rata-rata Sumenep. Wah... apa keturunannya Romo Zawawi Imron semua ya. Mungkin kebetulan mungkin juga memang masyarakat di daerah tersebut terbiasa bercerita dan bergumal dengan kata-kata puitis. Jadi apa kesimpulan saya?

Kesimpulan saya Sabtu ini adalah bahwa saya mulai belajar mengenal Madura, saat saya belajar mengidentifikasi saya menemukan bapak Zawawi Imron seorang sastrawan luar biasa, secara kebetulan saat saya membaca Mimbar Pembangunan Agama, saya menemukan juga karya mayoritas dari pulau Garam tersebut, dan ditarik garis mereka berasal dari Sumenep. Lalu ada apakah dengan Sumenep? Wah... itu yang belum bisa saya simpulkan.

Begitulah cerita saya sabtu ini sahabat Rinjani. Saya masih akan kembali dengan cerita-cerita saya selanjutnya. Jika masih pada penasaran tentang Madura, next time saya akan kembali menceritakan tentang pulau tersebut. Harapannya pasti dengan cerita yang lebih real? Bagaimana caranya? Pasti dan pasti dengan kegiatan mengunjungi pulau tersebut. Semoga saja terlaksana. Okei, sekian dulu ya bagi-bagi cerita Sabtu ini, semoga sedikit banyak membawa manfaat. MENULISLAH, DENGAN MENULIS DUNIA AKAN MENGENALMU J

Kamis, 15 Agustus 2013

Rabu, 14 Agustus 2013

Catatan Sore #Temuan Teman


Terima kasih untuk penempatan Swiss dan Rinjani dalam deretan mimpinya :)
Hampir saja tidak percaya, tapi nyatanya benar-benar sudah tertuliskan, tidak hanya dalam ingatan, tetapi juga tulisan.

Man Jadda Wa Jada, semoga menjadi nyata karenaNya :) 

CATATAN SORE #LAGI

Jangan pernah takut untuk memberi, karena sesungguhnya apa yang kita miliki semuanya merupakan pemberian. #Termasuk memberikan hati kita untuk orang lainkah? 
- Catatan selepas makan bakso di Kota Ngawi, masih bakso Goyang Lidah depan BRI -

Iya, Kami Berteman

Pegang Tiket Mallabar, rasanya langsung keingat Malang. Wah...ndak terasa beberapa hari lagi saya akan memasuki semester lima. Semester yang katanya sudah ndak bisa dibuat santai lagi. Semester yang katanya kudu wajib dan amat sangat serius buat lebih memperdalam ilmu akademiknya (padahal juga harusnya dari semester satu)*eaaa... Semester lima kali ini akan diawali oleh rasa terima kasih kepada teman-teman yang cukup memberi saya pengaruh dalam meniti baik awal dan pertengahan kehidupan di kampus. Beberapa garis besar akan saya ceritakan di sini.

Entah mengapa saya merasa belum dapat mengatakan mereka sebagai sahabat, bagi saya ini adalah pertemanan yang lebih. Iya lebih baik *mungkin kami bersahabat. Namun istilah teman di telinga saya lebih populer ketimbang sahabat, *bukan trauma sama kata sahabatan looo. Kata teman mengidentikan bahwa kita sudah menjalaninya lebih, kita sama halnya berkawan, berpacu, dan kami pernah menjalani asam manis bersama. Menjadi teman yang baik tidaklah selalu menjadi teman yang akan memberikan rasa nyaman bagi kita, tetapi juga rasa ingin berkembang, setiap hari, dan setiap waktu.

Saya biasa memanggilnya kak Riza. Berteman dari hasil ketidaksengajaan saat kami hendak lulus dari putih abu-abu. Laki-laki ini merupakan salah satu teman pertama saya saat saya mulai berjuang di kampus biru. Kami berbeda program studi, fakultas, asal daerah, asal sekolah dan mungkin WATAK. Ia berasal dari keteknikan pertanian (mupeng banget pengen disebut anak Teknik, jelas-jelas fakultasnya Teknologi Pertanian, tapi ya biar senang saya anggap IYA). Ia merupakan mahasiswa semester lima (sama) yang berasal dari pulau seberang satu provinsi Jawa Timur. Tabiatnya halus kalau pas lagi halus, tapi tetap halus walaupun kadang ndak sadar dalam keadaan yang terjepit. Iya, dia merupakan satu sosok yang tutur katanya sering saya artikan mengglobal. Kebiasaan baik dari dia yang ditularkan kepada saya adalah sifat semangat dan mau belajar. Ia merupakan penyuka musik pagi Bondan Prakoso dan mulai aktif di beberapa kegiatan intra dan ekstra kampus ini. Pertemanan kami fluktuatif, tapi bisa dikatakan paling konstan. Mengapa? Karena dalam pertemanan kami, kami terbiasa ingin melakukan suatu aktivitas yang saling mendorong dan menyemangati. Laki-laki inilah yang pertama kali mengantarkan saya ke desa Pengabdian Masyarakat dengan rute yang amat luar biasa (pernah sadar kita pernah jatuh), laki-laki yang tidak pernah lupa mengucapkan selamat ulang tahun setiap maret (pernah membuat saya terharu pada tahun 2012, dan maaf saya sempat mengecawakan pada tahun 2012) pula, laki-laki yang bersamanya saya banyak menulis mimpi-mimpi (mimpi berprestasi *tanda petik), dan masih sederet bahkan buanyak lagi hal yang belum bisa saya ceritakan tentang dia. Satu mimpi kami yang mungkin sempat terkendala adalah menulis buku bersama. Hal inilah yang menjadi candu bagi saya untuk selalu mengeksplorasi semangat menulis saya, Mungkin langkah awal kami serta hadiah pertama kami di tahun 2013 adalah keberangkatan kami mengikuti Mipa Untuk Negeri Konferensi Ilmuwan Muda Indonesia di Universitas Indonesia (Ndak nyangka abstrak kita lolos, maaf belum bisa menjadi satu tim). Itulah cerita singkat tentang salah satu teman saya yang cukup berpengaruh hingga saya akan memasuki semester lima (Terima kasih untuk papinonya, kometnya, cerita-ceritanya, dan semoga setruman positif selalu mewarnai perjalanan kita). Kak Riza merupakan salah satu teman saya yang cukup membuat saya profesional dalam berteman dengan laki-laki. Mengajak saya realistis, menjadi kakak dan menjadi *mungkin sahabat.

Saya biasa memanggilnya Ika. Kami satu program studi satu angkatan. Jarang komunikasi, sekali komunikasi pasti tentang kegiatan. Perempuan dari kota lamongan ini merupakan teman yang paling bisa membuat saya nyaman. Kadang bersifat sejenis emak-emak karena sering ngomelin saya. Iya dia merupakan mahasiswi yang cukup sering ngomelin saya karena sifat terlambat saya datang ke kampus (padahal ndak setiap hari), karena saya sering terlambat ngumpulin tugas, dan karena saya yang katanya terlalu memikirkan non akademik (tapi GPA saya masih cumlaude lo ik). Kami mulai intens berteman saat semester empat kemarin (ya namanya adaptasi dan penyesuaian, pasti kita akan menemukan yang paling nyaman). Tiba-tiba saja kami disatukan dalam himpunan, dalam lembaga riset fakultas, dan dalam hal apapun saya sering merekomendasikan dia dalam kegiatan yang mungkin saya butuh partner dalam melakukan. Ia merupakan salah satu mahasiswa yang sering mendapat pujian dari salah satu dosen favorit saya, iya bapak Wahyu Widodo. Pak Wahyu sering memuji cara kecakapan dan analisis penelitian Ika. Hal itulah yang kadang membuat saya berkaca sekaligu berkaca-kaca, wah...Subhanallah ya, luar biasa. Memang kalau dipikir-pikir kita memiliki rutinitas yang berbeda, ia lebih sering aktif dalam kegiatan akademik, sedangkan saya non akademik (tapi puji syukur IPK kami tetap dan akan selalu Cumlaude, insyaAllah). Perempuan ini di mata saya merupakan mahasiswa yang sangat rajin, telaten dan mau belajar. Itulah yang membuat saya kadang berpikir bahwa saya sangat cocok berteman dengan karakteristik perempuan semacam ini. Mengatakan saya salah di saat memang saya salah, tidak akan membela saya jika saya memang sangat bandel terpeleset kuliah, dan yang akan selalu saling bertanya jika kami merasa ada hal yang kami pertanyakan. Kami suka bertanya, karena dengan bertanya kami akan saling tahu. Berbeda dengan kak Riza, Ika adalah teman yang sering saya jadikan rujukan untuk kegiatan akademik. Adanya dia membantu kehidupan saya menjadi lebih baik. Menata dan selalu menaa bahwa LEBIH BAIK BERTINDAK DARI PADA BERBICARA. Saya masih ingat kita sama-sama bermimpi naik pesawat bukan tahun ini? Semoga ada kompetisi yang akan mengantarkan kita. Selamat datang rival semester lima.

Itulah dua teman baik saya yang cukup memberi pengaruh bagi kehidupan saya. Mereka adalah salah satu harta terbesar bagi saya *harta karun? LEBIH DARI HARTA KARUN. Melalui mereka saya belajar untuk berteman dengan lebih baik, menempatkan setiap cerita pada posisinya. Masuk ke dalam kehidupannya, dan menjadi bagian yang akan mereka datangi ketika rasa membutuhkan itu datang. Tidak perlu mengatakan saling menyayangi, karena sikap lebih mengatakan itu. Saat ini kami berteman, dalam hati kami berteman, dan dalam pengasihan Tuhan kami selalu mengharap kebaikan. Siapakah teman-teman terbaik dan berpengaruh dalam kehidupan saya? Tunggu ya... saya akan menceritakannya kembali nanti. Selamat datang di semester lima.

Jumat, 19 Juli 2013

Terima Kasih (Calon Engineer Gadjah Mada)

Lagi-lagi kamu yang membuatku merasa tersanjung, mengirimi aktivitas biasa, hanya menyukai status, cukup sering memberi komentar dan mengirimiku pesan. Kamu seakan menjadi teman yang menyenangkan, walaupun kita memang teman. Iya, teman nyata. Kutahui namamu, perjalananmu dari semasa kita putih abu-abu hingga sekarang kamu bersama patih Gadjah Mada dan aku bersama Raja Brawijaya.

Lagi-lagi kamu. Iya, kamu yang akhir-akhir ini menawarkan setiap dimensi cerita yang berbeda. Kamu yang kutahui juga berbeda, entah berbeda atau entah aku yang kurang memperhatikan ini semua. Satu hal yang jelas, semua ini menyenangkan. Iya berteman dengan seseorang yang menyenangkan, tanpa tuntutan dan merasa bebas terpantau.

Lagi-lagi kamu. Bukan teman baru, hanya saja kamu yang sedang mengajariku dan menempaku agar tak menjadi perempuan yang mudah merasa tersanjung. Nyatanya kamu berhasil, iya, kamu berhasil, berpuluh-puluh kali kamu melakukan hal-hal yang sederhana, dan baru kali pertama bukan aku mengirimu sebuah tulisan ini. Iya tulisan ucapan terima kasih karena menjadi teman yang menyenangkan.

Berjalan, melangkah, dan kita berbeda. Berbeda banyak hal dalam sedikit versi. Ini bukan tentang mayoritas keras kepalanya anak teknik yang cenderung tegas, ini tentang warna-warna yang belum mampu aku satukan. Harusnya aku bisa membuat satu pandangan lebih indah dari semua ini. Kamu bukan kunang-kunang, kamu punya mimpi tinggi sama seperti aku. TAPI MIMPI KITA BEDA, bukankah begitu?

Hei kamu, iya kamu. Siapa lagi? Terima kasih sudah berhari-hari menjadi teman yang kasinya mampu terasa walau jauh. Bukan tentang cerita lain, satu bagian ini hanya untuk kamu. Menyenangkan itu bukan hanya ketika bisa berbagi, bukan melulu soal hidupku. Kamu itu juga pelanginya, iya... Pelangi yang saat ini membuat warna-warni semakin nyata. Masuk untuk menyelesaikan sarjana pada tahun yang sama, ITU YANG KUTAHU PASTI tentang kamu, aku belum tahu yang lain. 

Apa Kabar Sipit? Selamat Pagi!

Beratus-ratus hari kamu menemani
Beratus-ratus hari kamu belajar mengerti
Beratus-ratus hari kamu mengajakku bermimpi
Beratus-ratus hari, dan penantian itu hingga kini.

Apa kabar sipit? Apa kabar bawel? AKU MERASA LEBIH BAIK DENGAN KEDIPAN MATA SIPITMU. Aku tak pernah lagi berani menghitung berapa ratus harikah hari ini pasca kabar berhentak yang pernah terjadi di kotamu saat itu. Iya, saat kamu nyatakan padaku satu kabar yang TIDAK BISA MEMBUATKU MENETESKAN AIR MATA, tetapi mengubah banyak hal dalam hidupku. Aku masih melangkah lebih ingin maju ketika kusimak apa yang kamu bicarakan.

You look more beautifull than yesterday. Terntu kamu masih ingat kalimat tersebut bukan? Kamu tidak pernah membuat diriku tersanjung, iya, karena aku telah menyiapkan penangkal sejak awal perjumpaan itu. Aku merasa menjadi wanita yang lebih bisa menghargai setiap kalimat yang kau utarakan, aku merasa lebih baik ketika aku tidak mudah GR atas setiap tindak lakumu, dan SAAT ITU MERUPAKAN FASE PALING NYAMAN, iya, di mana kamu menyanjung dan aku hanya mengucapkan terima kasih. ITU SEDERHANA.

Melangkah dengan pasti dan semakin berani bermimpi. ITU yang selalu kamu bisikan beratus-ratus hari dalam kebersamaan kita. KAMU TIDAK PERNAH MEMBUATNYA DATAR TANPA CERITA. Ketika rasa sakit itu datang bersama, ketika tertawa lepas itu selalu kamu ciptakan, dan ketika kamu selalu mengajariku mandiri dengan selalu membuatku membuka pintu mobilmu dengan sendirinya. SEMUA ITU SEDERHANA, dan SEMUA ITU MEMBEKAS. Entah berapa ratus bahkan ribu hari lagi semua kisah ini akan membentuk satu cerita yang utuh, iya, cerita yang akan selalu menjadi ingatan-ingatan pahit menjadi manis, gengsi menjadi tertawa lepas, dan selalu menjadi cerita-cerita tersembunyi dalam hari-hari kita.

KEBERSAMAAN DAN KETIDAKBERSAMAAN KITA HARI INI ADALAH PILIHAN. Secerdas kita memilih, KUASA TUHAN AKAN MENUNJUKKAN AKHIRNYA. Aku masih percaya, kedipan mata sipitmu itu akan setiap pagi menghiasi coretan-coretan mimpi yang menyatu, kedipan mata sipitmu itu akan bersua dengan mata belok dan hidung mekrok. Sering semua ini tak jarang membuatku merasa bahwa bersama dengan seseorang yang kamu sebut Mbulet adalah cara menghantarkan kasih yang begitu sederhana. BERATUS-RATUS HARI KITA SEMAKIN BERMAIN TEKA-TEKI, selalu mengartikan sendiri bagaimana sikap yang saling kita tunjukan, dan menebak sendiri berapa ribu hari semuanya akan menepi. TUHAN MAHA PEMBOLAK-BALIKAN HATI, begitu pula hati kita bukan? Mungkin rindu kita berbalut malu, kamu terlihat semakin sipit. Selamat pagi, mungkin Mataram akan membuatmu melihatku menangis lagi...

Rabu, 26 Juni 2013

Akhir Semester Empat (bagian 1)

Bismillah...

Berbeda dalam hidup adalah pilihan mutlak bagi yang men jalaninya. Mungkin kalimat tersebut adalah kalimat yang mampu menghantarkan saya pada satu fase berbeda dalam pengambilan keputusan hidup. Merasa kehidupan saya di semester empat ini kurang optimal, sangat kurang, terutama dalam hal mengatur padatnya jadwal kuliah di samping amanah saya di tiga organisasi dalam kampus yakni BEM Pusat, Himpunan, UKM Riset, dan dua organisasi ekstra kampus yakni, Forum For Indonesia Chap.Malang serta Forum daerah.

Kekurangoptimalan ini sangat terlihat dari rasa kurang adilnya saya membagi diri ini bagi kelima organisasi tersebut. Kadang jujur, tidak dapat saya pungkiri bahwa yang saya prioritaskan adalah organisasi yang lebih membutuhkan saya, bukan berarti ada yang kurang membutuhkan saya, tetapi organ isasi yang tanpa kontribusi saya dapat mengurangi eksistensinya.Saya bertekad di bulan-bulan terakhir ini saya akan lebih memerhatikan amanah yang telah diberikan kepada saya, sehingga akhirnya saya tidak mengecawakan siapapun.

Terlepas dari organisasi dan akademik, puji syukur saya haturkan karena Allah memberi saya suguhan-suguhan nikmat yang tidak terkira. Bagaimana tidak? Mulai dari keikutsertaan saya dalam event-event kepemudaan tingkat nasional yakni, Global Peace Volunteer 1.14, CINTAIndonesia, dan Klasik Muda Surabaya menjadi cerita tersendiri. Di sana saya menemukan teman baru, pengalaman baru dan pandangan hidup yang terbaharui. Saya merasa dengan itu semua merupakan titik awal saya untuk berkontribusi bagi negeri ini, saya mulai lebih melek informasi.

Selain itu, pada semester ini pula Allah memberi hadiah saya sebagai Runner Up Scriptwriting Competition di Universitas Indonesia dan Lolos pendanaan PKM DIKTI kategori pengabdian masyarakat. Tentu ini semua barulah awal dari kemurahan hati Allah kepada saya. Saya merasa ingin semakin mesra bersamaNya, tidak hanya ketika saya sedang dirundung duka dan mendung, melainkan ketika saya merasa Allah adalah Maha Pemurah atas segalaNya. TanpaMu aku sungguh-sungguh tidak mampu bertahan hingga sejauh ini, karuniaMu begitu luar biasa.

Hari saya semakin hari semakin terasa harus penuh ketabahan dan ketenangan. Jika dalam hal akademik dan non akademik saya merasa hanya pikiran dan sedikit perasaan saya yang terkuras, tapi untuk sebuah tema hati pikiran dan hati saya sungguh-sungguh paling miris kalau dilihat, saya memang cenderung kurang rasional dalam melogika hal yang berkaitan dengan hati tersebut. Mungkin ini efek dari karakter korelis-melankolis yang saya miliki, masih dugaan, masih mungkin. Saya merasa terjebak dengan fiksi-fiksi saya sendiri, dengan angan-angan saya sendiri.

Berbicara tentang fiksi, saya pernah memiliki sebuah harapan mampu menciptkan satu rangkain fiksi di mana memiliki akhir yang membahagiakan, tentunya dengan problema-problem yang adil dalam ceritanya, tidak akan mungkin manusia hidup tanpa problema. Problema itu sejenis kerikil-kerikil yang sedikit menghalangi kita dalam berjalan. Begitu mungkin penggambarannya, bukan ingin beruntung, lebih dari itu ingin lebih berbentuk kejutan.

Satu datang, dua datang, tiga datang bahkan pernah dalam satu waktu lebih dari itu datang, tapi entah mengapa kepercayaan ini tak serta merta muncul. Kepercayaan dalam perasaan saya belum bisa saya bagikan, dan jujur saja memang rasanya kadang tragis, jadinya terkesan saya memberi harapan padahal jika sebenanya lihai dalam menganalisis perempuan itu kurang diyakinkan dan seseorang yang datang itu juga kurang meyakinkan. Mungkin itu review saya dalam semester empat ini. Jika boleh saya spesifikasikan hal ini bertema krisis kepercayaan, iya sepertinya memang seperti itu. Kadang sering dibilang oleh tidak lebih dari sepuluh teman saya bahwa saya memang terkesan seakan masih mampu mengerjakan semua sendiri, hingga wajar mungkin jika dalam keluarga saya ada yang pernah bilang jangan lupa kuliah itu kalau bisa jadi lintasan mendapatkan tiga hal, yakni ilmu, pekerjaan dan partner hidup, jangan terlalu serius pagi sampai malam selalu di kampus, begitulah kira-kira hal yang bisa saya rangkum tentunya dengan penerjemahan bahasa. Saya pikir tidak ada yang salah, hanya saya yang belum terlalu paham dalam memaknai ketiga aspek yang dimaksud, saya masih terpaku pada prioritas dan mungkin memang waktunya harus dibedakan.

Ringkas kalimat, tujuan saya menuliskan dan membagikan ini di blog kesayangan saya tidak lain hanyalah sebagai wujud perenungan bahwa dalam semester empat ini saya dapat dikatakan KURANG OPTIMAL sehingga semester lima bulan september nanti saya akan mencoba lebih giat sehingga ada perubahan yang lebih mengena, perubahan yang mampu menghantarkan saya pada pijakan luar tanah Indonesia, merasakan euforia keilmiahan di kota mimpi yang sesungguhnya Rinjani, dan mampu membuat saya tidak lagi mengecek saldo di awal bulan karena saya telah berdiri dengan belajar berusaha sendiri, bagi saya mimpi-mimpi yang tertunda ini adalah cambuk bagi saya bahwa angka tiga koma tujuh satu mungkin HARGA MATI dalam memperjuangkannya, lihai berbahasa Krama Inggil dan Inggris Unggul adalah mimpi kesekian yang harus mulai saya rintis, dan Lebih Dari Ini Allah Maha Tahu Atas Segala Apa yang Saya Pikir dan Impikan.

Mungkin akhir-akhir ini saya lebih sering menengok setiap masa yang sudah saya jalani, masa SD yang begitu fokusnya pada nilai raport sehingga selalu menjadi nomor satu, menengok SMP yang selalu ingin mencoba dan tidak pernah takut gagal dalam setiap kompetisi, menengok SMA yang begitu giatnya membuktikan diri berprestasi tidak hanya di dalam gerbang sekolah, dan saya ingin masa kuliah SEMESTER LIMA DAN SETERUSNYA NANTI MERUPAKAN GABUNGAN DARI SEMUA MASA ITU, saya akan mencoba sekeras saya mencoba mempertahankan rasa ketidakpercayaan saya pada suatu hati tersebut. Saya sempat terlupa sejenak bahwa saya juga ingin menjadi pemudi yang memberikan kontribusinya. Banyak hal yang harus dibenahi dan sungguh-sungguh dekapan Allah, keluarga, teman dan pendidik (guru dan dosen) adalah kunci yang saya butuhkan, lebih dari yang saya inginkan. I will do be the best in my life, bagi saya kehidupan saya adalah CINTA Tuhan yang dititipkan, saya akan menjaganya dengan sangat baik. Semangat pagi dan saya terus melanjutkan hidup.

Malang, waktu resmi 25 Juni 2013 pukul 9:15 WIB.

Sabtu, 01 Juni 2013

Selamat Malam Mayapada...

Mengintip kolong langit yang masih senantiasa memberi ruang lepas untuk sejenak menunduk atas setiap nikmat ini. Aku mulai berjalan lagi, dan entah bagaimana caraku berjalan setelah ini. Iya, setelah ini. Setelah kita sama-sama mengerti bahwa bersama dalam rasa yang berbeda itu sungguh amat sangat tidak menyenangkan. Masih bersama kilauan mimpi yang semakin hari semakin tertepis bahkan seakan hendak lenyap. Aku ucapkan pada langit, aku mulai malam kini.

Iya aku mulai gelap lagi karena pagiku sudah beranjak. Ia berputar dan hendak tiba pada malam. Tapi ia berkata tak akan ada pagi lagi, ia seakan membiarkan aku sendiri menuju malam. Menuju malam yang kata matahari begitu nampak suram tak ada cahaya. Semakin seram ketika kilat dan hujan menghampiri tanpa henti. Iya, kata matahari malam begitu sunyi, bahkan sesunyi kolong langit yang selalu kuberi rapalan mantra-mantra tanpa lelah untuk dimengerti. Sungguh, aku hendak menuju malam, tanpa pagi, melepas daun dan tidak lagi sebagai embun.

Aku akan mendatangi malam setelah matahari secara perlahan meninggalkan siang dan tidak ingin berlama dengan sore. Iya, sebentar lagi malam dan sebentar lagi aku menjadi malam. Entah bagaimana nanti kebaikan malam menempatku pada bintang atau pada bulan, aku tak akan merajuk pada semua itu. Aku ingin setia pada malam yang selalu akan mulai memberiku nuansa baru yang kuanggap lebih baik. Aku seperti bebas bernafas dengan tulisan-tulisan yang terpahat karena sinar, iya sinar yang nanti akan menjadikanku malam yang tidak suram seperti kata matahari. Sinar itu yang mampu menjadikan aku indah sebagai malam tanpa harus merasa sendiri setiap selepas sore.

Dan seperti malam yang selalu berharap dijemput sinar dalam segala dimensinya. Entah bagaimana sinar dalam wujudnya, entah bersanding dengan bulan, entah bersanding dengan bintang, entah dipersandingkan dengan jagad malam. Entahlah, yang terharap hanya selalu malam yang membawa lepas dalam gembiranya, riangnya, senyumnya, dan setiap cerita-cerita baru yang terekam. Aku akan lebih memerhatikan raungan-raungan mimpi yang seakan menjerit untuk segera dijemput. Aku akan mengalihkan pagi, tak lagi bersama daun, dan tak lagi menjadi embun. Iya, aku akan menjadi malam dengan segala nuansa baru yang dijanjikan Tuhan bahwa tak ada tanam yang tak berbuah, dan tak ada pengharapan yang tertolak, hanya menunggu waktu saja bukan? Aku masih percaya, semoga sinar yang mendengar akan beranjak datang dalam segala dimensinya.

Aku akan memahat kisah baru. Iya, kisah baru tentang malam-malam yang tak terkebiri, tak terabaikan, tak terpermainkan, dan tak akan lagi menjatuhkan hujan tanpa mengerti mengapa dengan mudah ia jatuh di pagi hari. Aku datang mayapada, menjemput janji-janji surga yang hakiki. Menutup pagiku dan mulai menikmati malamku hingga pagiku bersanding dengan lebih baik dan bijak. Selamat datang kembali, Jingga seakan mulai menyala tak akan mati sia-sia teredup angin pagi. Selamat malam.

Selepas 06: 54: 30 WIB BUKAN ATAS NAMA KEBODOHAN, LEBIH DARI PEMBODOHAN.
Masih dalam akhir bulan yang penuh pengharapan. Pasca Aprilia menjadi lain.

Merindu Forum For Indonesia Malang (Coretan Rindu Untuk Kalian)

Semangat pagi FFIMers. Bagaimana kabar kalian? Faqih yang akhirnya berjuang lagi di SBMPTN setelah menolak Univ.Airlangga satu tahun yang lalu karena masih sangat mendamba almamater jaket kuning, Mbak Indah dan Mas Dedi yang begitu siap serasi dalam setiap karakter yang berbeda, Mbak Rifi dan Mas Joyo yang selalu menakut-nakutiku dengan Suzanna tapi paling bisa buat aku senyum,  Mbak Lita yang setiap waktu tak lelah meniru logat medokku,  Mbak Trini yang prestasinya cetar membahana, Mbak Suci dan Mas Arie senior HRD yang selalu aku tunggu dalam setiap dering bunyi sms hpku,  Dita yang kadang tingkahnya membuat aku tertawa lucu, ‘dit, ayo makan bakso dekat RBC lagi!’ Nanda, edo, verdi tiga lelaki tangguh yang termuda dan memberiku sedikit demi sedikit inspirasi, Mas Tri dan Friska yang desainnya selalu aku acungi jempol, Fatimia yang semangat belajarnya cukup menginspirasi dan para volunteer Mas Rio, Mas Zaki, Naili, Wiwik, mbak Ratna dan Mas Dicky yang selalu ditunggu tidak hanya setiap Sabtu, tapi setiap waktu saat FFI mengadakan acara demi acara. Saya Rindu kalian.

Entah bagaimana hati ini menggambarkan nuansa-nuansa rindu akan kebersamaan kita. Jika dihitung dan diingat, kebersamaan kita tak lepas hanya ketika kumpul Jumat di FISIP B Lantai 7, di RBC pada awal-awalnya, atau di tempat-tempat nomaden lainnya. Entah keterbatasan itu yang membuatku rindu. Rindu akan melihat setiap polah tingkah kalian. Rumpun kita berbeda, seiring perbedaan yang mencolok dalam kepribadian kita. Tapi lagi-lagi entah perbedaan, keterbatasan ini membuat aku sem akin rindu.

Mulai makrab di Gunung Kawi yang sungguh eksotis, horor dan konyol mewarnai hari yang kita jalani. Mulai dari cara kalian mengajariku Herlem Shake (kalau ndak salah seperti itu tulisannya), hingga cara kalian mengajariku sidang dadakan dengan keadaan mati lampu, semua itu sungguh-sungguh aku rindukan. Terlebih saat mengingat bagaimana perjuangan kita masak bersama di rumah eyang yang notabene eyang adalah nenek terapi dan terbersih yang pernah kujumpai. Nenek paling terstruktur yang pernah berfoto bersama kita.

Tidak berhenti sampai di sini. Obrolan Sabtu pun akhirnya menghampiri, setelah dengan perjuangan yang bisa diperhitungkan berjalannya Obrolan Sabtu merupakan suatu anugerah tersendiri bagi kita. Bagaimana tidak, untuk beberapa sesi kita serasa di PHP oleh peserta yang mendaftar, iya beberapa peserta yang mendaftar namun tidak hadir saat hari H. Semua itu tetap kita hadapi dengan senyuman dan dengan hidangan yang tidak pernah lepas dari sesuatu yang digoreng. Semua itu membuat kita tahu bahwa penerimaan akan sebuah hasil kowar-kowar harus menjadi realita yang penuh tantangan. Bagaimana tidak, kita harus memutar otak bagaimana acara harus tetap berjalan ketika memang kita tidak bisa menjanjikan banyak hal kecuali bertemu orang hebat dan mendapat ilmu yang bermanfaat. Dari Obrolan Sabtu inilah kemudian kita bertemu banyak keluarga baru yang akhirnya menawarkan diri menjadi volunteer, bahkan ini di luar ekspektasi kita. Iya, mereka mengapresiasi dan ingin berkontribusi untuk Indonesia melalu kita, Forum For Indonesia Malang.

Mei pun seakan menjadi hari paling terdamba untuk beberapa skuad kita, tidak ada yang terkhusus, karena kalian yang dilahirkan pada bulan ini adalah anugerah yang sudah Tuhan khususkan untuk kita. Iya untuk perjuangan kita bagi Indonesia. Bagaimanapun juga, tidak ada suatu hal yang kebetulan, karena Tuhan sudah mengatur semua rencanaNya lebih indah dari pada perkiraan kita. Selamat Ulang Tahun Bagi kalian yang terlahir di Bulan ini, Untuk Faqih dan kawan-kawanku seperjuangan semoga di usia yang semakin mendewasa, kalian semakin mengerti bahwa Indonesia butuh uluran tangan kalian untuk Indonesia yang lebih baik. Semoga persaudaraan kita semakin direkatkan, tak akan direnggangkan,  dan See You On Top. Semoga kesuksesan akan terenggut manis nanti. Selamat Ulang Tahun ya.... (maaf jika terlambat atau kurang tepat waktu).

Jika aku dapat memilih bagaimana FFI akan berjuang dalam membuat Indonesia lebih baik, aku akan memilih memperjuangkannya bersama kalian. Selalu bersama kalian. Entah keterbatasan, perbedaan dan sekian alasan yang kadang dikemukakan tak akan membuatku gentar untuk terus bersama kalian. Memberi tenaga dan pikiran untuk semua program kerja kita yang akhrinya dikembalikan untuk para pemuda Malang, obrolan sabtu, gebrakan kita di bulan yang luar biasa, dan saatnya kita melanjutkan uluran tangan kita bagi masyarakat-masyarakat di pedesaan. Masih ingat kalimat ini bukan, ‘Indonesia itu dibangun dari desa’.

Beberapa alinea ini mungkin sedikit mengobati kerinduanku pada kalian. Aku masih rindu, selalu rindu dan tetap rindu. Iya Rindu kalian Keluarga Besar Forum For Indonesia Malang.

Sabtu, 18 Mei 2013

Selamat Pagi Daun

Pagi ini seakan mengoyak seluruh jiwaku untuk tidak melaju menuju siang. Iya, mengoyak setengah dari jiwamu yang pernah kau titipkan padaku. Benar-benar mengoyak seperti angin yang tak pernah aku tahu bagaimana cara berhembusnya. Apakah kamu lalai untuk menghadangnya dengan rantingmu? Pagi ini jiwaku yang terdiri atas setengah jiwaku dan setengah jiwamu yang akhirnya menjadi satu padu dan membuat hidupku masih bertahan untuk alam ini seperti terkoyak habis. Pagi seakan-akan tak ingin memberi hati budinya untukku.

Aku berjalan ringkih mendekatimu daun, aku bertanya apakah pagar terali yang kita buat bersama tidak kau simpan lagi? Apakah kamu lupa setiap pagi kamu harus mengokohkan pagar terali kita? Aku masih ingat, bahkan kau kaitkan pagar terali itu pada satu bagian klorofilmu, sehingga ketika siang datang, aku masih dapat bertengger menjadi embun untukmu. Apakah sudah kau lepaskan?

Aku bimbang bagaimana mengajakmu kembali bersahabat dengan pagi. Aku bimbang bagaimana mengajak harimu tertawa seperti saat kita menikmati sentuhan pagi setiap hari. Aku bimbang bagaimana caraku mengokohkan pagar terali itu untuk melindungi kita. Aku bimbang daun... aku seperti hanya embun yang hilang warna setiap kamu tak ada lagi. Aku seperti embun yang hanya mampu menetesi ranting tanpa kau bantu menetesinya. Aku seperti berlawan arah dengan pagi. Aku tak ingin lekas senja. Aku masih ingin bersama pagi bersama kamu.

Jika aku tak pernah mengerti bagaimana daun dapat selalu berwarna hijau, aku hanya sedikit mengerti bagaimana aku selalu menjaganya agar terlihat lebih hijau setiap pagi. Jika aku tak pernah mengerti bagaimana ranting selalu ingin bersamamu, aku hanya sedikit mengerti bagaimana aku juga ingin selalu disandingkan denganmu, dengan pagi dan dengan matahari. Kita hanya miliki alam sebagai rumah, tapi bukankah kita sudah miliki keluarga yang selalu dapat menjadi cerita dalam dimensi kita daun?

Balada Daun dan Embun...
Delapan belas di bulan kelima, masih dalam tahun yang penuh pengharapan...

Jumat, 10 Mei 2013

Cerita Sore (Episode Kebebasan)

Kebebasan itu seperti terbang. Bebas mengawang dalam segala dimensi. Bebas kapan saja ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang, berputar, mengambang, dan semua kosakata yang mengarah pada nafas yang lega. Kebebasan itu kompleks. Bukan kompleks menciptakan, bukan kompleks memangku beban, bukan pula kompleks berpikir pelik, melainkan bebas itu bernafas tanpa batas, tanpa melampaui syukur.

Bagiku berkutat dengan ketidakbebasan adalah melalui hidup dengan terikat. Terikat dengan segala aturan yang terbuat sendiri. Dalam konteks ini terlepas dari kepercayaan dan sosial dalam hidup. Aku tak sedang membicarakan terkait dua poin tersebut. Bebas di sini aku juga tak ingin seperti burung yang terkadang lupa bagaimana cara pulang. Aku tak ingin menyamakannya dengan apapun dan siapapun. Aku hanya ingin kebebasan.

Kebebasan itu bebas bercita, bebas berkarya, bebas menentukan jalan, dan bebas menentukan arah hidup. Bagaimana akhirnya aku lebih memilih kebebasan dari pada selalu terikat dengan aturan yang terbuat sendiri, bukan sebab, bukan pula inginan. Aku hanya ingin bebas meminum air kelapa di pinggir pantai yang tenang bersama angin dan bersama cinta Tuhan. Kebebasan itu, dan masih aku agungkan.

Melewati kebebasan tanpa cinta itu tak mungkin. Bukan, bukan tentang cinta yang mengarahnya pada lawan jenis. Lebih dari itu, aku ingin semakin bebas dengan cinta yang kutebar pada setiap aspek kehidupan yang membutuhkan. Bagaimana bisa pikiranmu sempit bahwa cinta hanya untuk laki-laki pada perempuan, perempuan pada laki-laki, bahkan kepada sesama jenis sekalipun. Terlalu dangkal, aku ingin memaknainya secara bebas. Iya, dengan kebebasan yang entah bagaimana mereka artikan.

Dan sekali lagi ini awal aku bercerita tentang kebebasan. Aku bebas bagaimana menerjemahkan hidup. Aku bebas bagaimana berjuang dengan segala caraku sendiri. Aku ingin berhenti dari setiap hal yang membuatku tak bebas. Termasuk kebebasanku tentang bercerita.