Rabu, 11 Januari 2012

Cinta Tanah Air Aplikasi Bahasa Indonesia Bagi Akademisi

Cinta Tanah Air Aplikasi Bahasa Indonesia Bagi Akademisi
Afifah Qodri Rinjani*

Tiada hari tanpa bahasa Indonesia. Itulah penggambaran mengenai kedudukan bahasa Indonesia dalam kehidupan akademisi. Sebagai bangsa Indonesia, kita sering menemui bahasa Indonesia, dalam  mata pelajaran di sekolah, hingga mata kuliah di jenjang pendidikan tinggi. Namun sudahkah kita menerapkan kaidah—kaidah bahasa Indonesia dalam kegiatan akademisi?
 “Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran  ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA. Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. ... . Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra. Logikanya, telah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah” (Alfianto, 2006). Hal tersebut merupakan salah satu ulasan mengenai kedudukan bahasa Indonesia dalam kehidupan akademisi.
Setelah mengetahui kedudukan bahasa Indonesia dalam kehidupan akademisi, seharusnya kita juga mengetahui keadaan bahasa Indonesia dalam kegiatan akademisi. Syam (2005) memberikan ulasan mengenai salah satu fenomena yang miris mengenai bahasa Indonesia berikut ini.
            Ada hal yang menarik dari hasil Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2004/2005. Yaitu, dari sekitar 800.000 siswa SMP/SMA di seluruh Indonesia yang tidak lulus, sebagian diantaranya disebabkan oleh nilai pelajaran bahasa Indonesia yang tidak mencapai standar. Padahal Standar kelulusan 4,25 yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional sebenarnya tergolong rendah dan masih jauh dari standar internasional yaitu 5,6.
            Dari ulasan fenomena di atas, kita dapat melihat kenyataan yang terjadi di dunia pendidikan, mengenai bahasa Indonesia yang dipelajari selama jenjang pendidikan, menjadi hal yang menakutkan bagi bangsanya sendiri.
Mengetahui dan  memahami pokok—pokok penting, seperti asal usul bahasa Indonesia sebelum  mempelajarinya, seharusnya dilakukan oleh setiap orang yang akan belajar bahasa Indonesia. Seperti pepatah tak kenal maka tak sayang, ia menjadi pepatah penyambut dalam berbagai perjumpaan.
Muslih (2006) menyatakan “sejarah mencatat bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu-Riau, salah satu bahasa daerah yang berada di wilayah Sumatera. Bahasa Melayu-Riau inilah yang diangkat oleh para pemuda pada "Konggres Pemoeda", 28 Oktober 1928, di Solo, menjadi bahasa Indonesia”. Pengetahuan sederhana mengenai asal usul bahasa Indonesia seperti kutipan di atas, merupakan salah hal pokok yang seharusnya, diketahui oleh mereka yang mempelajari bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari hari. Namun sudahkah anda mengetahuinya?
Begitupun sesuatu yang besar berasal dari sesuatu yang kecil. Memperhatikan hal-hal kecil mengenai cabang ilmu yang akan dipelajari, merupakan salah satu perwujudan kita menyambut dengan tangan terbuka, mengenai cabang ilmu baru tersebut.
Muslih (2006) menyatakan mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik, sudah tentu memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan dalam kegiatan akademisi bahkan kehidupan sehari hari, merupakan suatu hal yang seharusnya kita lakukan. Hal tersebut menunjukkan kita telah memperoleh  manfaat mempelajari bahasa Indonesia. Menjadi manusia yang menguasai berbagai bahasa memang merupakan suatu kelebihan, namun seyogyanya mendalami bahasa negeri sendiri, juga merupakan suatu bukti rasa cinta tanah air. (*)
Malang, 11 Januari 2012
*Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Brawijaya.

Daftar Rujukan
Alfianto, A. 2006. Pelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah, Metamorfosis Ulat Menjadi Kepompong, (online), (http://re-searchengines.com/0106achmad.html), diakses pada 1 Januari 2012.

Muslih, M. 2006. Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi, (online), (http://re-searchengines.com/1006masnur.html), diakses pada 1 Januari 2012.

Selasa, 10 Januari 2012

Sinopsis Novel Midah Si Manis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer

MIDAH SI MANIS BERGIGI EMAS

Pramoedya Ananta Toer

Buku Pramoedya ini menggambarkan perjalanan hidup seorang wanita (Midah) yang begitu menyentuh. Midah seorang gadis manis anak Haji Abdul pedagang dari kampung Cibatok tetapi sudah tinggal di Jakarta. Kehadirannya di dunia ini begitu dinanti oleh kedua orang tuanya,  sebelum lahir adik-adiknya, Midah begitu dimanja dan dikasihi orang tuanya. Tetapi begitu adik-adiknya lahir, kasih sayang dan kemanjaan yang dulu sempat dikecapnya tak pernah dirasakannya lagi. Hingga pada akhirnya ia mencari sendiri kebahagiaan diluar rumah. Kesenangannya akan musik juga berubah jalur, dimana semenjak kecil ayahnya selalu memperdengarkan lagu-lagu Umi Kalsum, Midah pun mulai menyukai lagu-lagu keroncong yang lebih mengena dihatinya. Sang ayah yang merasa tidak sesuai dengan selera musik Midah, merusak koleksi piringan hitam lagu-lagu keroncong Midah, hal itu menorehkan luka di hati Midah. Beranjak dewasa Midah dijodohkan oleh ayahnya yang seorang haji dengan kenalannya yang seorang haji juga. Akhirnya Midah dikawinkan dengan Haji Terbus dari kampung Cibatok. Orangnya gagah, makmur, tegap, berkumis lebat dan bermata tajam. Sayang Midah baru tahu istrinya sudah banyak ketika dia sudah hamil tiga bulan. Midah pun lari dari suaminya. Merasa tidak menemukan kedamaian dalam pernikahannya, Midah pun melarikan diri dari suaminya dengan membawa buah hatinya yang masih dalam kandungan.

Di sinilah konflik bermula disaat Midah yang terbiasa hidup berkecukupan sekarang meninggalkan semua kemewahannya dan hidup melanglang buana tanpa tahu harus tinggal dimana. Tidak berani langsung ke rumah orang tuanya, Midah menuju rumah Riah, pembantunya dulu. Riah menyampaikan kabar ini kepada haji Abdul. Reaksinya marah sehingga Midah terpaksa pergi. Dia lantas bertemu dan bergabung dengan sebuah kelompok pengamen keroncong. Dalam keadaan hamil Midah, yang dipanggil si manis, ikut berkeliling untuk menyanyi. Di tengah kesulitan – tidak punya uang dan tidak punya suami- Midah melahirkan anaknya. Bidan dan karyawan rumah sakit memperlakukannya dengan sinis dan kejam. Ketika mau keluar, bayinya telanjang, tidak diberi pakaian apapun. Di penginapan tempat rombongan pengamen tidur dia disambut dengan dingin. Tapi kepala rombongan mau mengawininya. Midah bingung karena dia belum resmi cerai. Dia menolak sehingga dia dibenci. Ketika sedang menyusui anaknya, Midah bertemu Riah. Midah tidak mau diajak pulang. Riah mengikuti dan melihat bagaimana anak mantan majikannya mengamen keliling. Untuk memenangkan persaingan dengan Nini penyayi lain di rombongan, Midah pasang gigi emas.
Akibatnya konflik menajam dan dia tinggalkan rombongan itu. Midah sangat menyayangi anaknya dan perjuangannya tak hanya sampai disitu. Midah tak kenal lelah, Midah sangat menyayangi anaknya dan perjuangannya tak hanya sampai disitu. Berita tentang Midah sampai ke Haji Abdul yang sudah surut usahanya. Dia terguncang. Dengan sedih dicarinya Midah ke berbagai tempat. Sayang usahanya gagal sehingga dia jatuh sakit. Siang malam Haji Abdul tenggelam dalam zikir. Midah menyanyi di daerah Jatinegara.
Hati Midah yang kosong akan hadirnya seorang laki-laki akhirnya menemukan sang pujaan hati, seorang polisi yang bernama Ahmad, dia yang dulu pernah membela Midah dari perlakuan kasar orang-orang di dalam rombongan keroncongnya. Kebetulan juga polisi ini juga menyukai seni musik dan memperkenalkan Midah pada dunia radio dan mengajak Midah menyanyi di sana. Dia melatih Midah menyayi. Midah akhirnya menyayi di radio. Suatu ketika orang tuanya mendengarkan. Ibunya lantas mencarinya. Akhirnya dia temukan rumah Midah. Ketika dia datang hanya bertemu Rodjali anak Midah. Rodjali dibawanya pulang.
Midah merasakan kedamaian di dekat sang polisi ini dan tanpa diragukannya lagi, Midah mencurahkan segala rasa yang dimilikinya kepada pujaan hatinya. Sampai-sampai Midah rela menyerahkan tubuhnya kepada sang pujaan hati.
Suatu hari Midah sampaikan pada Ahmad bahwa dia sudah hamil. Saat Midah positif mengandung anak dari sang polisi ini, ia pun menyampaikannya dan meminta pengakuan atas sang jabang bayi ini, sungguh tak disangka reaksi dari pujaan hatinya, dia menuduh Midah sengaja menjebaknya dan mengatakan bahwa janin yang bersemayam dikandungan Midah bukanlah anaknya karena banyak laki-laki yang dekat pada Midah dan Midah dituduhnya yang tidak-tidak.
Bukan Midah namanya bila tidak tegar menghadapi semua ini, meskipun air mata bercucuran Midah hanya minta dikuatkan hatinya dan tetap berjuang mempertahankan buah cintanya dengan sang polisi. Akhirnya Midah kembali ke rumah orang tuanya, sekalipun Midah sudah kembali ke rumah orang tuanya, ia tetap merasa tak pantas untuk tinggal di sana karena kandungannya yang tak berayah akan menjadi hinaan orang bagi keluarganya. Midah akhirnya menitipkan anak pertamanya pada orang tuanya, supaya si anak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang yang sepantasnya dia dapat. Midah tetap memutuskan untuk meninggalkan rumah dengan membawa anak keduanya yang belum lahir.
Kekecewaannya terhadap sang pujaan hati membawa Midah untuk mencari pelampiasan cintanya dari satu laki-laki ke laki-laki yang lain. Ironi sekali nasib yang dialami Midah.

Sinopsis Novel Bukan Pasar Malam karya Pramoedya Ananta Toer

Bukan Pasar Malam
Pramoedya Ananta Toer
Bukan pasar malam karya Pramoedya Ananta Toer ini mengisahkan pemuda yang memiliki ayah seorang pejuang nasionalis. Sang ayah terkena penyakit TBC, kemudian ia mengirim surat kepada sang anak yang saat itu tinggal di Jakarta untuk kembali ke Blora kediaman ayah dan keluarganya. Selama perjalanan pulang ke Blora pemuda tersebut didampingi oleh istrinya yang keturunan pasundan, ia gadis yang cantik namun cerewet, mereka baru menikah setengah tahun yang lalu. Selama perjalanan sang pemuda mencoba memerkenalkan keindahan daerah asalnya kepada istri terkasih, hingga akhirnya pemuda tersebut tiba di kampung halaman dan bertemu sang ayah tercinta yang tergolek lemah tak berdaya karena TBC.
Sang anak pun bertemu ayahnya di pembaringan rumah sakit, saat bertemu tangis haru menyelimuti mereka. Pemuda tersebut merasa miris melihat ayahnya yang dahulu berdiri kokoh sebagai seorang pemimpin perang gerilya yang cerdik, seorang guru yang hebat, seorang politikus pro rakyat yang ulung kini menjadi sesosok makhluk tak berdaya dengan TBC yang menggerogotinya. Sang anak ingin membawa ayahnya ke dokter spesialis namun terkendala oleh keuangan keluarga yang tidak mendukung. Saat saat seperti itulah keakraban antara ayah dan anak yang telah lama terpisah mulai kembali terjalin, begitu pula keakraban antara sang pemuda dengan adik-adiknya juga kembali dieratkan oleh suasana dan keadaan. Namun tiba tiba sang istri meminta pemuda tersebut untuk kembali ke Jakarta dengan alasan keuangan yang memprihatinkan. Pemuda tersebut mengiyakan permintaan sang istri terkasih, akhirnya pemuda tersebut mengutarakan keinginan untuk kembali ke Jakarta kepada sang ayah, namun sang ayah menolak dengan halus dan meminta waktu seminggu lagi agar anaknya tersebut sudi menemaninya.
Waktu berjalan penuh dengan keakrabang ayah dan anak. Tanpa mereka sadari, satu minggu terlewati sudah, namun akhirnya sang anak malah tidak ingin beranjak pergi karena ia merasa memiliki kewajiban untuk menemani ayahnya yang tergolek lemah tak berdaya, maklum saja ia merupakan anak pertama dalam keluarga mereka. Kejadian yang tak diinginkan akhirnya terjadi juga, sang ayah meninggal dunia setelah dia dibawa pulang ke rumah oleh anak-anaknya. Tangis pilu tak terhindarkan, suasana hening menyelimuti keluarga mereka, rumah yang terlihat memprihatinkan turut menghiasi kesedihan mereka setelah ditinggal pergi orang tua tunggalnya. Setelah kepergian sang ayah pemuda mendapatkan banyak pembelajaran, hingga akhirnya ia menyadari bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah seperti pasar malam, berduyun-duyun datang dan berduyun-duyun pula kembali, melainkan mereka menanti kepergiannya dengan segala hal yang masih dapat mereka lakukan.

Konsep Menulis


BAB I
PENDAHULUAN

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Untuk memiliki kemampuan menulis yang baik diperlukan pengetahuan mengenai konsep menulis. Menulis seperti halnya kegiatan berbahasa lainnya, merupakan keterampilan. Setiap keterampilan hanya akan diperoleh melalui berlatih.

Berlatih secara sistematis, terus-menerus, dan penuh disipilin merupakan resep yang selalu disarankan oleh praktisi untuk dapat atau terampil menulis. Tentu saja bekal untuk berlatih bukan hanya sekedar kemauan, tetapi juga ada bekal lain yang perlu dimiliki. Bekal lain itu adalah pengetahuan, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus ditempuh dalam kegiatan menulis. Jadi ada dua hal yang diperlukan untuk mencapai keterampilan menulis yakni pengetahuan tentang tulis-menulis dan berlatih untuk menulis.

Setelah mengikuti mata kuliah ini anda diharapkan memiliki wawasan yang luas mengenai konsep menulis yang meliputi: definisi menulis, tujuan menulis, manfaat menulis, jenis-jenis menulis, teknik menulis, tahap-tahap menulis dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas menulis. Secara rinci tujuan yang ingin dicapai agar anda dapat:
1. Menjelaskan definisi menulis.
2. Menjelaskan tujuan menulis.
3. Menjelaskan manfaat menulis.
4. Menjelaskan jenis-jenis menulis.
5. Menjelaskan teknik menulis.
6. Menjelaskan tahap-tahap menulis.
7. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas menulis.

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta bobot sks-nya, makalah keterampilan menulis ini dituangkan dalam tujuh sub judul yaitu:
1. Definisi menulis.
2. Tujuan menulis.
3. Manfaat menulis.
4. Jenis-jenis menulis.
5. Teknik menulis.
6. Tahap-tahap menulis.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas menulis.

Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai konsep menulis, sehingga mahasiswa mampu menguasai materi tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

A.KONSEP MENULIS

1. Pengertian Menulis
Menurut Jago Tarigan ( 1995: 117) menulis berarti mengekspreikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur,sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti.

Menurut Lado (1964. 14) menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain. Jadi, orang lain dapat membaca simbol grafis itu, jika mengetahui bahwa itu menjadi bagian dari ekspresi bahasa. Semi (1990. 8) juga mengatakan bahwa menulis pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa.

Menurut Gere (1985.4), menulis dalam arti komunikasi ialah menyampaikan pengetahuan atau informasi tentang subjek. Menulis berarti mendukung ide. Crimmon (1984.191), berpendapat bahwa menulis adalah kerja keras, tetapi juga merupakan kesempatan untuk menyampaikan sesuatu tentang diri sendiri mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain, bahkan dapat mempelajari sesuatu yang belum diketahui.

Lebih lanjut Rusyana (1984:191), memberikan batasan bahwa kemampuan menulis atau mengarang adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam tampilan tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan. Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan, seperti kemampuan menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan menggunaka unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan menggunakan ejaan serta tanda baca.

Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.

2. Tujuan Menulis
Seorang tergerak menulis karena memiliki tujuan objektif yang bisa dipertanggungjawabkan dihadapan publik pembacanya. Karena tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan demikian menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk menjangkau khalayak masa yang luas. Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuan menulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks pengembangan peradapan dan kebudayaan mesyarakat itu sendiri. Adapun tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data dan peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang dapat maupun yang terjadi di muka bumi ini.
b. Membujuk (Mempengaruhi). Melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna.
c. Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.
d. Menghibur. Fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas.

3. Manfaat Menulis
Hasil sebuah penelitian di Amerika yang dilakukan oleh seorang Psikolog yaitu Dr.Pennebaker menemukan berbagai manfaat menulis sebagi berikut :
1.Menulis menjernihkan pikiran.
Saat kita mengalami masalah yang berat dan rumit,menuliskan semua masalah kita ternyata berdampak positif untuk menjernihkan pikiran kita sehingga akan lebih memudahkan dalam menyelesaikan masalah.
2.Menulis mengatasi trauma.
Dengan menuliskan trauma yang pernah kita alami,kita akan lebih mudah mengelola trauma kita sehingga kita bisa mengatasai trauma tersebut.Mereka yang tidak menuliskan traumanya lebih rentan dan tidak sembuh dari trauma tersebut.Jadi agan-agan kalo ada trauma atau phobia dengan menulis trauma tersebut akan memudahkan kita untuk sembuh.
3.Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi.
Belajar dengan menulis akan membuat ingatan kita jauh lebih tajam.Seperti pepatah "ikatlah ilmu dengan menulis",menulis membuat sayarf otak kita lebih aktif sehingga kita bisa lebih mengingat pelajaran yang kita pelajari.Bandingkan dengan belajar yang hanya membaca maka kita akan mudah terlupa.
4.Menulis membantu memecahkan masalah.
Menulis masalah yang kita hadapi akan membuat kita fokus terhadap masalah itu daripada hanya dengan memikirkannya.Memikirkan masalah saja akan membuat pikiran dan otak kita kemana-mana.Dan ini yang membuat kita merasa lebih tertekan.Dengan demikian kita juga akan dengan lebih mudah mencari solusinya.
5.Menulis membantu ketika kita harus menulis.
Tugas disekolah ataupun kuliah memaksa kita harus menulis.Mengapa skripsi begitu berat?karena kita tidak terbiasa menulis.Kita bisa berpikir dan berbicara tetapi menulis adalah ketrampilan yang harus dipelajari.Dengan terbiasa menulis maka disaat kita harus menulis seperti mengerjakan tugas atau skripsi kita akan lebih mudah melakukannya.

4. Jenis-Jenis Menulis
Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atau empat kategori, yaitu; karangan eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu.

a. Eksposisi
Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah secara analisis dan terperinci memberikan interpretasi terhadap fakta yang dikemukakan. Dalam tulisan eksposisi, sangat dipentingkan informasi yang akurat dan lengkap. Eksposisi merupakan tulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, desertasi, atau artikel pada surat kabar atau majalah. Jika hendak menulis bagaimana peraturan bermain sepakbola, cara kerja pesawat, bagaimana membuat tempe, maka jenis tulisan eksposisi sangat tepat untuk digunakan.
Parera (1993 : 5) mengemukakan bahwa “Seorang pengarang eksposisi akan mengatakan, saya akan menceritakan kepada kalian semua kejadian dan peristiwa ini dan menjelaskan agar anda dapat memahaminya.”


Untuk menghasilkan tulisan ekposisi yang baik pikiran utama dan pikiran penjelas harus diorganisir dalam bentuk kerangka karangan yang pada umumnya dibagi dalam tiga bagian yaitu, bagian pembuka (pendahuluan) bagian pengembangan (isi), dan bagian penutup yang merupakan penegasan ide. Untuk karangan yang bersifat kompleks, harus diuraikan dalam bentuk sub-bagian yang lebih rinci. Dalam karangan seperti itu dapat disusun dalam bentuk bab dan diperinci lagi menjadi sub-sub bab.
Contoh eksposisi : Bertahun-tahun aku mengeluti usaha ini dengan sabar. Sebagai pengusaha kecil yang bermodal kecil. Aku menghadapi berbagai macam tantangan. Persaingan dengan pengusaha-pengusaha lain yang bermodal besar yang sering berjalan tidak sehat hampir-hampir membuat aku putus asa. Tetapi aku telah bertekad tidak akan mundur dalam berusaha. Sedikit demi sedikit perusahaanku memperoleh kemajuan. Salah satu prinsip dalam kemajuan dalam memajukan perausahaanku adalah ” melayani konsumen”, aku harus dapat melayani mereka sabaik-baiknya. Mutu produksi selalu ku jaga benar. Harga tetap aku ku usahakan agar tidak melebihi harga produksi serupa dari perusahaan lain. Sekarang, alhamdulillah perusahaanku sudah masuk dalam kelompok usaha menengah, aku tidak mengalami kesulitan modal lagi. Pemasaran hasil produksi bisa lancar. Tantangan – tantangan bukanlah tidak ada. Selama perusahaan masih berjalan, selama itu pula tantangan perusahaan pasti ada. Tantangan itu bisa muncul dari dalam perusahaan itu sendiri, maupun dari luar. Tetapi aku yakin, kalau dalam perusahaan menjadi seperti sekarang ini, tentu dalam masa sekarang ini aku akan dapat menghadapi tantangan-tantangan itu dengan baik. Bagiku tantangan itu merupakan hak yang menarik untuk diselesaikan, bukan sesuatu yang mesti aku takuti. Aku yakin kita berusaha dengan sungguh-sungguh dengan jalan yang benar, tentu Tuhan akan membukakan pintu keberhasilan bagi kita.

b. Deskripsi
Deskrisi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat ‘melihat’ apa yang dilihatnya, dapat ‘mendengar’ apa yang didengarnya, ‘merasakan’ apa yang dirasakanya, serta sampai kepada ‘kesimpulan’ yang sama dengannnya.
Darisini dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari obesrvasi melalui panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata (Marahimin. 1993.46)
Contoh deskripsi: Pasar Blaura merupakan pasar perbelanjaan yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di bagian terdepan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Dilantai satu terdapat toko pakaian yang lengkap berderet-deret. Di sampaing kanan pasar terdapat stan-stan kecil penjual perkakas dapur. Di samping kiri ada pula jenis buah-buahan. Pada bagian belakang kita dapat menemukanberpuluh-puluh pedagang kecil yang berjualan makanan dan minuman. Belum lagi kalau kita melihat lantai di atasnya ( Adisampurno. 2003. 11)

c. Narasi
Narasi merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Paragraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami oleh penulisnya. Narasi lebih menekankan pada dimensi waktu dan adanya konflik (Pusat Bahasa. 2003.46).
Contoh Narasi: Sore itu kami pergi ke rumah Puspa. Sopir kusuruh memakirkan mobil. Kemudian, kami memasuki gang kecil. Beberapa waktu kemudian, kami sampai di sebuah rumah yangh sederhana seperti rumah-rumah di sekitarnya. Rumah-rumah itu tanpak tidak semewah rumah-rumah gedung yang terletak di pinggir jalan. Pintu rumah yang sederhana itu terbuka pelan. Seorang gadis berlari dan memelukku. Gadis itu tiba-tiba pingsan dan terkulai lemas dalam pelukanku (Pusat Bahasa .2003. 47).


d. Argumentasi
Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar menerima pendapatnya. Argumentasi berusaha meyakinkan pembaca. Cara menyakinkan pembaca itu dapat dilakukan dengan jalan menyajikan data, bukti, atau hasil-hasil penalaran (Pusat Bahasa. 2001. 45).
Contoh Argumentasi: Kedisiplinan lalu lintas masayarakat di Jakarta cenderung menurun. Hal ini terbukti pada bertambahnaya jumlah pelanggarannya yang tercatat di kepolisian. Selain itu, jumlah korban yang meninggal akibat kecelakaan pun juga semakin meningkat. Oleh karena itu, kesadaran mesyarakat tentang kedisplinan berlalu lintas perlu ditingkatkan (Pusat Bahasa. 2003. 45).
e. Persuasi
Persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya ajak, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis.Dengan kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa.
Contoh Persuasi: Buanglah sampah pada tempatnya!

5. Teknik Menulis
Kejelasan merupakan asas yang pertama dan utama bagi hampir semua karangan, khususnya ragam karangan faktawi. Setiap pembaca betapa pun terpelajarnya menghargai karangan yang dapat dibaca dan dimengerti secara jelas. Karangan yang kabur, ruwet, dan gelap maksudnya akan membosankan pembaca dan melatih pikirannya. Berikut ini dijelaskan ciri-ciri karangan yang jelas.
a. Mudah: karangan yang jelas mudah dimengerti oleh pembaca. Setiap orang menyukai karangan yang dapat dipahami tanpa susah payah.
b. Sederhana: karangan yang jelas tidak berlebih-lebihan dengan kalimat-kalimat dan kata-kata. semakin sederhana, semakin dapat karangan itu menggambarkan sesuatu buah pikiran secara terang dalam pikiran pembaca.
c. Langsung: karangan yang jelas tidak berbelit-belit ketika menyampaikan pokok soalnya.
d. Tepat: karangan yang jelas dapat melukiskan secara betul ide-ide yangterdapat dalam pikiran penulis.

Gunning juga mengemukakan sepuluh pedoman untuk menghasilkan sesuatu karangan yang jelas adalah.

1. Usahakan kalimat-kalimat yang pendek
Panjang rata-rata kalimat dalam suatu karangan merupakan sebuah tolak ukur yang penting bagi keterbacaan. Kalimat-kalimat harus selang-seling antara panjang dan pendek. Pemakaian kalimat yang panjang harus diimbangi oleh kalimat-kalimat yang pendek sehingga meningkatkan kejelasan karangan.
2. Pilihlah yang sederhana ketimbang yang rumit
kata-kata yang sederhana, kalimat yang sederhana, bahasa yang sederhana lebih meningkatkan keterbacaan sesuatu karangan.
3. Pilih kata yang umum dikenal
Dalam mengarang pakailah kata-kata yang telah dikenal masyarakat umum sehingga ide yang diungkapkan dapat secara mudah dan jelas ditangkappembaca.
4. Hindari kata-kata yang tak perlu
Setiap kata harus mempunyai peranan dalam kalimat dan karangan. Kata-kata yang tak perlu hanya melelahkan pembaca dan melenyapkan perhatian.
5. Berilah tindakan dalam kata-kata kerja
Kata kerja yang aktif mengandung tindakan, yang menunjukkan gerak akan membuat suatu karangan hidup dan bertenanga untuk menyampaikan informasi yang dimaksud. Kalimat “Bola itu menjebol gawang lawan” lebih berkesan “Gawang lawan kemasukan bola”.
6. Menulislah seperti bercakap-cakap
Kata tertulis hanyalah pengganti kata yang diucapkan lisan. Dengan mengungkapkan gagasan seperti halnya bercakap-cakap, karangan menjadi lebih jelas.
7. Pakailah istilah-istilah yang pembaca dapat menggambarkan
Kata yang konkret lebih jelas bagi pembaca ketimbang kata yang abstrak.
8. Kaitkan dengan pengalaman pembaca
Karangan yang jelas bilaman dapat dibaca dan dipahami pembaca sesuai dengan latar belakang pengalamannya.
9. Manfaatkan sepenuhnya keanekaragaman
Karangan harus ada variasi dalam kata, frasa, kalimat maupun ungkapan lainnya. Keaneragaman dalam karangan adalah sumber kesenangan dalam pembacaan.
10. Mengaranglah untuk mengungkapkan, bukan untuk mengesankan
Maksud utama mengarang ialah mengungkapkan gagasan dan bukan menimbulkan kesan pada pihak pembaca mengenai kepandaian, kebolehan,atau kehebatan diri penulisnya.

Ada lima komponen menulis prosa yang baik yaitu:
1. Penggunaan bahasa
Yaitu kemampuan menulis kalimat yang tepat dan baik.
2. Kemampuan mekanis
Yaitu kemampuan menggunakan tanda baca dengan tepat.
3. Kemampuan menjaga isi kalimat
Yaitu kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan ide, dan membuang informasi yang tidak relevan.
4. Gaya menulis
Yaitu kemampuan memanipulasi kalimat dan paragraf, serta kemampuan menggunakan bahasa secara efektif.
5. Kemampuan mengambil keputusan;
Yaitu kemampuan menulis dengan gaya yang tepat untuk tujuan dan untuk pembaca tertentu, serta kemampuan memilih, mengorganisasi, dan menyusun informasi yang relevan.

6. Tahap - Tahap Menulis
a. Perencanaan Karangan
Menurut Sabarti dkk, secara teoritis proses penulisan meliputi tiga tahap utama,yaitu prapenulisan, penulisan dan revisi. Ini tidak berarti bahwa kegiatan menulis dilakukan secara terpisah-pisah. Pada tahap prapenulisan kita membuat persiapan-persiapan yang akan digunakan pada penulisaan, dengan kata lain merencanakan karangan. Berikut ini dibahas cara merencanakan karangan.

b. Pemilihan Topik
Kegiatan yang mula-mula dilakukan jika menulis suatu karangan menentukan topik. Hal ini untuk menentukan apa yang akan dibahas dalam tulisan.
Ada beberapa yang harus dipertimbangkan dalam memilih topik yaitu:
1) Topik itu ada manfaatnya dan layak dibahas.
Ada manfaatnya mengandung pengertian bahwah bahasan tentang topik itu akan memberikan sumbangan kepada ilmu atau profesi yang ditekuni, atau berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Layak dibahas berarti topik itu memangmemerlukan pembahasan dan sesuai dengan bidang yang ditekuni.
2) Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis.
3) Topik itu dikenal baik oleh penulis.
4) Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai.
5) Topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Setelah berhasil memilih topik sesuai dengan syarat-syarat pemilihan di atas maka yang akan dilakukan selanjutnya membatasi topik tersebut. Proses pembatasan topik dapat dipermudah dengan membuat diagram pohon atau diagram jam.
Ide induk yang menjadi benih atau pangkal awal sesuatu karangan yang akan ditulis hendaknya juga dikembangkan. Setelah ide induk dikembang biakkansampai cukup tuntas, langkah berikutnya ialah memilih salah satu saja di antara rincian ide-ide yang muncul itu untuk dijadikan topik karangan. Topik inilah yangkemudian perlu diolah lebih lanjut dengan membatasi topik dengan sebuah tema tertentu. Jadi pada topik ini ditentukan salah satu segi, unsur, atau faktornya yang dijadikan pembicaraan.
Langkah yang terakhir yang perlu dilakukan pengarang ialah menguraikan atau mengudar rumusan kalimat ide pokok menjadi sebuah garis besar karangan.Garis besar, rangka atau disebut juga outline adalah suatu rencana kerangka yang menunjukkan ide-ide yang berhubungan satu sama lain secara tertib untuk kemudian dikembangkan menjadi sebuah karangan yang lengkap dan utuh.
Di bawah ini secara ringkas proses ide induk menjadi garis besar karanganmenempuh enam langkah sebagai berikut:

LANGKAH AKTIVITAS PENGARANG HASIL
1 Menemukan ide yang akan diungkapkan menjadi karangan Ide Pokok
2 Mengembangkan ide induk Rincian Ide
3 Memilih ide menjadi salah satu pokok soal Topik
4 Membatasi topik dengan sesuatu segi/unsur/faktor/ Tema
5 Merumuskan topik berikut temanya dalam sebuah pokok pertanyaan Kalimat Ide
6 Menguraikan rumusan ide pokok menjadi rangka Garis Besar Karangan

Setelah mengetahui cara-cara memulai dan teknik memberikan nafas ke dalam tulisan. Sekarang kita melangkah ke proses penulisan. Pada tahap ini, kita hanya membangun suatu fondasi untuk topik yang berdasarkan pada pengetahuan, gagasan, dan pengalaman. Adapun proses penulisan tersebutsebagai berikut.
a) Darf kasar disini dimulai menelusuri dan mengembangkan gagasan-gagasan. Pusatkan pada isi daripada tanda baca, tata bahasa, atau ejaan. Ingat untuk menunjukkan bukan memberitahukan saat menulis.
b) Berbagi: sebagi penulis kita sangat dekat tulisan kita sehingga sulit bagi kitauntuk menulai secara objektif. Untuk mengambil jarak dengan tulisan. Olehsebab itu perlu meminta orang lain untuk membaca dan memberikan umpan balik. Mintalah seorang teman membacanya dan mengatakan bagian mana yang benar –benar kuat dan menunjukkan ketidak konsistenan, kalimat yany tidak jelas, atau transisi yang lemah. Inilah beberapa petunjukuntuk berbagi.
c) Perbaikan (revisi): setelah mendapat umpan balik dari teman tentang manayang baik dan mana yang perlu digarap lagi, ulangi dan perbaikilah. Ingat bahwa penulis adalah tuan dari tulisan anda, jadi andalah yang membuat umpan balik itu. Manfaatkanlah umpan balik yang dianggap membantu. Ingat tujuan menulis membuat sebaik mungkin.
d) Menyunting (editing): inilah saatnya untuk membiarkan “editor” otak kini melangkah masuk. Pada tahap ini, perbaikilah semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca. Pastikanlah semua transisi berjalan mulus, penggunaan kata kerja tepat, dan kalimat-kalimat lengkap.
e) Penulisan kembali: tulis kembali tulisan anda, masukkan isi yang baru dan perubahan –perubahan penyuntingkan.
f) Evaluasi: periksalah kembali untuk memastikan bahwa anda telah menyelesaikan apa yang Anda rencanakan dan apa yang ingin anda sampaikan. Walaupun ini merupakan proses yang terus berlangsung tahap ini menandai akhir.

Kegiatan menulis dibaratkan seperti seorang arsitektur akan membangun sebuah gedung, biasanya ia membuat rancangan terlebih dahulu dalam bentuk gambar di atas kertas. Demikian pula seorang penulis, membuat kerangka tulisan atau outline merupakan kebiasaan yang perlu dipupuk terus untuk menghasilkan sebuah karya tulis yang baik. Penulis dalam hal ini dibaratkan sebagai seorang arsitek bahasa, yang selain mengetahui bagaimana membangun sebuah tulisan secara utuh, ia tidak boleh mengabaikan dasar-dasar penulisan. Dasar-dasar penulisan ini menjadi fondasi utama dalam penulisan adalah pemahaman kita tentang paragraf. Dengan memahami makna dan ciri-ciri paragraf yang baik, kita akan lebih mampu menuangkan gagasandan pikiran kita secara lebih runtut, sistematis, dan teratur. Pada dasarnya sebuah tulisan mencerminkan cara berpikir seseorang dan bagaimana dia memandang suatu persoalan.

7. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Menulis
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis. Namun, pada prinsipnya dapat dikategorikan dalam dua faktor yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal di antaranya belum tersedia fasilitas pendukung, berupa keterbatasan sarana untuk menulis. Faktor interna lmencakup faktor psikologis dan faktor teknis.
Yang tergolong faktor psikologis di antaranya Faktor kebiasaan atau pengalaman yang dimiliki. Semakin terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan akan semakin baik. Faktor lain yang tergolong faktor psikologis adalah faktor kebutuhan. Faktor kebutuhan kadang akan memaksa seseorang untuk menulis. Seseorang akan mencoba dan terus mencoba untuk menulis karena didorong oleh kebutuhannya.
Faktor teknis meliputi penguasaan akan konsep dan penerapan teknik-teknik menulis. Konsep yang berkaitan dengan teori- teori menulis yang terbatas yangdimiliki seseorang turut berpengaruh. Faktor kedua dari faktor teknis yaknipenerapan konsep. Kemampuan penerapan konsep dipengaruhi banyaksedikitnya bahan yang akan ditulis dan pengethuan cara menuliskan bahanyang diperolehnya.
Keterampilan menulis banyak kaitannya dengan kemampuan membaca makaseseorang yang ingin memiliki kemampuan menulisnya lebih baik, dituntutuntuk memiliki kemampuan membacanya lebih baik pula.


BAB III
PENUTUP
Menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol, sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memiliki tujuan, manfaat, jenis, teknik dan tahapan-tahapan tertentu.
Memahami konsep menulis merupakan suatu langkah awal yang penting sebelum kita memulai aktivitas menulis. Hal tersebut dikarenakan, konsep menulis memberikan suatu wawasan yang harus diketahui dan dimiliki sebelum kita melakukan aktivitas menulis.
Menyelaraskan berbagai aspek dalam konsep menulis merupakan ciri seorang penulis yang baik. Menulis juga merupakan komunikasi efektif dalam bermasyarakat, dengan menulis kita bisa mengenal dan dikenal oleh banyak orang, seperti kata pepatah “Menulislah! Maka dunia akan mengenalmu.”
This entry was posted in

Senin, 09 Januari 2012

Hakikat dan Definisi Membaca


Kolker (1983:3) membaca adalah proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan bahasa tulis. Hakekat membaca ini menurutnya ada tiga hal yakni afektif, kognitif, dan bahasa. Afektif mengacu pada perasaan, kognitif mengacu pada fikiran, dan bahasa mengacu pada bahasa anak.

Fredick Mc Donald (dalam Burns, 1996:8) mengatakan bahwa membaca merupakan rangkaian respon yang kompleks, di antaranya mencakup respon kognitif, sikap dan manipulatif. Membaca tersebut dapat dibagi menjadi beberapa sub keterampilan, yang meliputi: sensori, persepsi, sekuensi, pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, afektif, dan konstruktif. Menurutnya, aktiivitas membaca dapat terjadi jika beberapa sub keterampilam tersebut dilakukan secara bersama-sama dalam suatu keseluruhan yang terpadu.

DP Tampubolon (dalam Teknik Membaca Efektif dan Efisien, 1986:228) menjelaskan pada hakikatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
 
Henry Guntur Tarigan (dalam Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, 1979:10) membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
 
Harimurti Kridalaksana (dalam Kamus Linguistik, 1984:122) membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua.
 
Soedarso ( dalam Sistem Membaca Cepat dan Efektif, 1989:4) membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat.
 
Dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan / cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Membaca merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).   

Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui tulisan.
This entry was posted in

Minggu, 08 Januari 2012

Mahasiswa Si Agent of Change di Masa Depan


MAHASISWA SI AGEN OF CHANGE DI MASA DEPAN

Dewasa ini, permasalahan yang di hadapi bumi pertiwi semakin hari semakin kompleks, bahkan sebagian besar dari permasalahan itu tidak berujung. Di lihat dari aspek lain, ilmu pengetahuan dan teknologi memang berkembang semakin pesat, Akan tetapi, ironisnya hal tersebut diimbangi dengan degradasi moral yang kian hari semakin membuncah.

Bahkan jika kita memprediksikan, akankah ada kata masa depan cerah? Jika “tikus-tikus” tak kunjung di punahkan, jika setan berwujud malaikat masih saja menguasai bangku kepemimpinan, jika rakyat lebih bangga ketika barangnya bertuliskan made in japan, jika tak pernah ada inovator seorang plagiator. Sungguh betapa mengenaskannya bangsa ini? Jika itu semua masih terjadi, sudah dipastikan takkan parnah ada kata masa depan.

Bagaimana kita harus melihat “masa depan”? di sini tidak hanya pemerintah yang harus berperan aktif, namun pada dasarnya mahasiswa lah yang akan mengemban tongkat estafet pemerintahan di masa yang akan datang. Tentu kita harus mananamkan kata “kalau bukan mahasiswa, siapa lagi? “ dalam diri kita masing-masing.

Satu contoh yang sangat real yang dapat menunjukkan peran mahasiswa. Ingatkah kalian dengan Tragedi Mei 1998? Ketika Gedung MPR dapat diduduki oleh mahasiswa, hingga mampu menumbangkan masa orde baru yang dinaungi rezim soeharto saat itu. Sungguh luar biasa bukan, peran mahasiswa!!!

Kita? Bagaimana dengan kita? Apa kita hanya akan duduk di sini berpangku tangan melihat semua itu terjadi? Atau malah menjadi malaikat sejati yang tidak hanya bisa membaca sejarah namun mangukirkan sejarah??

Semua pilihan memang sepenuhnya ada di tangan kita, dan dari awal memang kita telah mengetahui bahwa hidup adalah pilihan. Namun terkadang kita seakan menutup mata pada realita, dan mengagungkan ego kita. Berambisi untuk jadi “seseorang” yang tak tertandingi, dan bahkan rela berkamuflase hanya untuk menjadi pahlawan yang penuh kebusukan.

Kita harus manyadari, setiap individu di dunia ini memiliki potensi yang tidak akan bisa digantikan oleh orang lain. Tuhan telah memberikan hikmah tersendiri, dan sudah jelas bukan untuk saling membeda-bedakan, akan tetapi untuk saling berpegang tangan. Hal tersebut pula yang bisa dijadikan modal utama dalam mamberikan parubahan di negeri ini.

Ada pepatah yang mengatakan, jika kita tidak bisa mengubah dunia, bukan bararti dunia bisa mengubah kita. Terkadang banyak pihak yang berpendapat jika mahasiswa hanya bisa berdemo, berkata tanpa bergerak, menyalahkan tanpa instropeksi, dan berlindung di belakang predikat “saya mahasiswa”, hanya berpartisipasi untuk menambah popularitas semata, namun tidak untuk kita.

Satu hal yang terpenting, takkan pernah ada hari esok jika kita belum pernah melalui hari ini, dan jangan pernah takut menghadapi hari ini karena kita telah bisa menghadapi hari kemarin! Semua berawal dari diri sendiri, memulai dari yang terkecil dan saat ini , memulai berbuat baik dari diri sendiri, memulai berfikir dan bergerak dalam kehidupan sehari-hari. Karena sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang kecil, perubahan yang besar berawal dari perubahan dari diri kita sendiri.

Dimulai dari diri kita, untuk kita, untuk Brawijaya, untuk Malang, untuk Jawa Timur, dan untuk Indonesia. Bangun ketika dirimu jatuh, jangan pernah berhenti walau tertatih. Melakukan yang terbaik saat ini, berfikir sebelum bertindak, dan bergerak untuk menantang masa depan. Pengalaman adalah guru yang paling berharga.

Ingatlah selalu sajak ini kawanku,

kepada para pemuda
yang merindukan lahirnya kejayaan
kepada umat yang tengah kebingungan
di persimpangan jalan …
kepada pewaris peradaban yang kaya raya
yang telah menggoreskan catatan membanggakan
dilembar sejarah umat manusia …

kepada setiap muslim yang yakin akan masa depan dirinya
sebagai pemimpin dunia dan peraih kebahagiaan
di kampung akhirat …

kepada mereka semua...
kami mempersembahkan risalah ini.
sebuah bekal hari ini yang sarat tuntutan
untuk masa depan yang penuh cahaya …
wahai para pemuda
wahai mereka yang memiliki cita-cita luhur
untuk membangun kehidupan …
wahai kalian yang rindu akan kemenangan agama allah …

wahai semua yang turun ke medan
demi mempersembahkan nyawa dihadapan tuhannya …
(Imam Hasan Al Banna)

Jumat, 06 Januari 2012

Ketika di Brawijaya

Selamat pagi kota beta yang indah:)

Terimakasih telah memberi beta berbagai cerita yang indah:)

Pagi ini saya merasakan rindu yang luar biasa, iya, benar sekali rindu dengan keluarga saya di desa. Rindu dengan segala kearifan lokal yang luar biasa dan belum saya temukan di kota ini. Saya rindu masakan tumis kangkung ibuk saya yang super yummy:), rindu suasana rumah yang super rame, rindu es lilin yang super mantap, rindu melihat banyak anak kecil lewat depan rumah saya dengan seragam sd, dan rindu semuanya:)

Akhir akhir ini saya merasakan sesuatu yang beda dalam kehidupan saya, saya merasa lebih bersemangat melakukan segala aktivitas, coba tebak karena apa? Bukan!!! Jawaban itu salah besar, bukan karena saya memiliki seseorang yang biasa disebut "pacar" oleh teman teman saya, lebih dari itu. YA Benar!!! Karena saya memiliki teman-teman baru yang luar biasa, teman teman baru yang baik kepada saya walau kadang saya sangant menyebalkan, mau tahu siapa aja? ada Indah si gadis entrepreneur puol,,, pinter banget kalau suruh berbisnis, di himaprodi aja dia masuk divisi "kewirausahaan", terus Ika si gadis "opo opo bae" logat lamongannya iku lo gak nahannnn...banget,,, tapi dia teman saya yang masuk kategori manusia paling sabar. Apalagi nanggepin sikap saya yang terkesan cepet termewek mewek dan cepet pula terbahak bahak "GJ" poll.

Ada lagi Nita, gadis kalem asal Kediri yang sering banget tiba tiba sms saya hanya dengan kata "sayang". Uupppsss!!! Jangan salah, kami bukan manusia trans gender kok, dia sudah memiliki "kekasih hati" nan jauh di kota kediri sana, asal muasal mengapa dia sms seperti itu, tidak lain tidak bukan karena dia memang sayang kepada saya, dia perhatian banget kalau saya sedang sakit, baik pokoknya.
Terimakasih ya Indah, ika, nita:) 

Selain mereka ber3 masih banyak lagi kawan baru saya yang juga baik kepada saya.
Untuk Rizal yang cowok meragukan cewek juga bukan, terimakasih ya kawan:)
Untuk Ina, Wiwik, Yeni pakar asmara PBSI A FIB UB, terimakasih atas segala nasihat nasihatnya:)
Untuk Alfan, Amir, kalian pasangan maho yang gokil banget:)
Untuk Guntur, Renda, Ningrum, Faizah, dan Rohmah kalian penyemangat saya supaya prestasi saya terus membaik:)
Untuk semua teman teman saya di PBSI A FIB UB yang belum saya sebutkan thank a lot:)
You ar the Besttttt:)

Selain mereka masih ada lagi lho teman teman saya yang gak kalah baik hatinya,:)
But, i think enough,
Cerita akan berlanjut nanti=)