‘Kamu tidak mengerti
apapun tentang hidupku sekarang!’ ucap perempuan.
‘Iyakah?’ sahut
lelaki.
‘Sangat mengiyakan,
telah banyak yang berubah, telah banyak yang hilang, telah banyak yang
terlewatkan,’ jawab perempuan.
‘Sebanyak itu?’ sahut
lelaki.
‘Iya, sebanyak itu,
sebanyak hari setelah aku memutuskan bersamanya, sebanyak waktu yang telah aku
habiskan dengannya, sebanyak hal yang telah aku berikan padanya,!’ ucap
perempuan.
‘Kamu masih sama.’
Ucap lelaki.
‘BEDA!’ sentak
perempuan.
‘Kamu masih sama,
kamu tidak berubah, kamu tidak kehilangan banyak hal, kamu belum melewatkan
banyak hal, kamu juga sama sekali belum memberikan apapun, kamu masih utuh, dan
nyatanya aku berani mengatakan semua ini, aku di hadapanmu sekarang, dan kamu
tahu aku tidak bisa berbohong!’ ucap lelaki sedu.
‘Kamu akan
kecewa.’ucap perempuan sedu.
‘Perkiraanmu selalu
meleset, kamu bukan perempuan yang pandai menebak, Rinjani...’jawab lelaki.
‘Untuk apa pagi ini
kamu di depan tempat tinggalku?’ tanya perempuan

Pagi ini aku mengerti makna kembali.
Kamu mengajarkan semua, hanya dengan ketenangan, hanya dengan kesabaran, hanya
dengan memercayai dan berbaik sangka, akan datang lentera yang tepat, yang akan
melenyapkan gelap, menambah resolusi terang, dan membuatmu merasa tidak pernah tidak
merasa beruntung. Aku mengerti, pagiku hari ini sempurna.
Untuk cela yang kulakukan, untuk
setiap hal yang hilang, terlewatkan, kamu yakinkan aku bahwa Pencipta
kita Pemaaf, ‘berjalanlah terus untuk membuka pintu maafNya’. Terima
kasih untuk seperempat matahari. J
Salam Hangat,
Kotaku, Dua puluh empat bulan ke
delapan tahun bernama Dua ribu empat belas. (Segenap hati)
Wahhh keren Bu :)
BalasHapus