Minggu, 24 Agustus 2014

Pagi-Pagi

‘Kamu tidak mengerti apapun tentang hidupku sekarang!’ ucap perempuan.
‘Iyakah?’ sahut lelaki.
‘Sangat mengiyakan, telah banyak yang berubah, telah banyak yang hilang, telah banyak yang terlewatkan,’ jawab perempuan.
‘Sebanyak itu?’ sahut lelaki.
‘Iya, sebanyak itu, sebanyak hari setelah aku memutuskan bersamanya, sebanyak waktu yang telah aku habiskan dengannya, sebanyak hal yang telah aku berikan padanya,!’ ucap perempuan.
‘Kamu masih sama.’ Ucap lelaki.
‘BEDA!’ sentak perempuan.
‘Kamu masih sama, kamu tidak berubah, kamu tidak kehilangan banyak hal, kamu belum melewatkan banyak hal, kamu juga sama sekali belum memberikan apapun, kamu masih utuh, dan nyatanya aku berani mengatakan semua ini, aku di hadapanmu sekarang, dan kamu tahu aku tidak bisa berbohong!’ ucap lelaki sedu.
‘Kamu akan kecewa.’ucap perempuan sedu.
‘Perkiraanmu selalu meleset, kamu bukan perempuan yang pandai menebak, Rinjani...’jawab lelaki.
‘Untuk apa pagi ini kamu di depan tempat tinggalku?’ tanya perempuan
‘Aku ingin kamu bukakan pintu, kau ajak aku masuk ke teras untuk kali pertama, kau suguhi aku segelas teh tawar dan obrolan hangat, kita berbincang tentang resolusi yang telah terlaksana, mengubah resolusi yang tertunda, memperbaharui setiap hal yang di luar rencana, hidup bersamamu membuatku mengerti arti mengejar, memahami arti membendung untuk menjaga, dan hari ini aku kembali karena aku tahu hanya bersamamu aku bisa menjalani itu semua. Aku tidak membutuhkan jawabanmu gadis penyuka bunga Matahari, penggemar keliling kota bersepeda, penggila es batu, dan yang tidak pernah sekalipun merajuk padaku,’jawab lelaki.

Pagi ini aku mengerti makna kembali. Kamu mengajarkan semua, hanya dengan ketenangan, hanya dengan kesabaran, hanya dengan memercayai dan berbaik sangka, akan datang lentera yang tepat, yang akan melenyapkan gelap, menambah resolusi terang, dan membuatmu merasa tidak pernah tidak merasa beruntung. Aku mengerti, pagiku hari ini sempurna.

Untuk cela yang kulakukan, untuk setiap hal yang hilang, terlewatkan, kamu yakinkan aku bahwa Pencipta kita Pemaaf, ‘berjalanlah terus untuk membuka pintu maafNya’. Terima kasih untuk seperempat matahari. J

Salam Hangat,
Kotaku, Dua puluh empat bulan ke delapan tahun bernama Dua ribu empat belas. (Segenap hati)

1 komentar: