Rabu, 13 Juni 2012

Perbedaan Itu Indah Dalam WaktuNya

Perbedaan itu indah, katanya. Perbedaan itu bagaikan komponen dan unsur yang saling melengkapi. Perbedaan itu bagaikan satu sistem yang akan merangkai mozaik menjadi lebih indah. Perbedaan itu komplek, perbedaan itu padunan-padunan aroma yang belum memadu padahal berasal dari satu paduan unsur pembentuk yang teramat padu. Perbedaan itu katanya seperti si kaya dan si miskin, si cantik dan si buruk rupa, si kurus dan si gendut, si pendiam dan si cerewet, si cerdas dan si bodoh, dan kataku mungkin seperti si kamu dan si aku.
Namun anehnya aku merasakan perbedaan itu bagaikan suatu hal yang akhirnya menjadi suatu jurang pemisah. Jurang kesenjangan yang terbentuk akibat ketidakpekaan yang memiliki dominasi lebih tinggi kepada si pemilik dominasi yang dianggap lebih rendah yang seharusnya lebih diayomi. Apakah kamu pernah tahu perbedaan itu adalah seperti kita, iya kita, dua manusia ciptaan Tuhan yang satu namun memiliki banyak hal yang sering disebut perbedaan.
Tuhan menciptakan manusia dengan cara yang sama, namun di mayapada ia disembah dengan cara yang berbeda. Kamu menggenggam tangamu saat mengingat Tuhanmu dan aku menancapkan dahiku saat mengingat Tuhanku. Kamu pergi ke bangunan yang disebut gereja sedangkan aku pergi ke bangunan yang disebut mushola. Kita mengatakan Tuhan kita ‘Allah’ dengan intonasi vokal yang tak sama. Lalu apakah ini sebuah perbedaan? Apakah ini sebuah hal yang disebut dengan ketidaksamaan yang menurut banyak orang bisa disebut dengan kata lain perbedaan.
Apakah ini perbedaan? Kamu naik mobil aku jalan kaki, kamu putih sipit seperti cina aku mutlak tulen seperti jawa, kamu cerdas dan aku biasa saja, kamu dari keluarga berada dan aku dari keluarga sederhana, kamu dewasa dan aku seperti anak-anak, kamu simpel serta easy going dan aku kaku serta sensitif, dan ini yang membuatku kita semakin berbeda, aku teramat sering mengingatmu dan kamu teramat sering tidak pernah mampu membaca situasi itu. Apakah itu semua perbedaan?
Kita memang selalu berbeda. Berbeda dalam segala rupanya, polanya, lakunya, bahkan sampai hal-hal yang tak terlihat pun kita memanglah berbeda. Kita berbeda, tetapi aku masih berharap perbedaan kita indah seperti mereka. Mereka yang akhirnya bersatu dengan perbedaan yang dibuat indah bukan subtitusi. Perbedaan dengan segala rasa peka yang dimiliki. Perbedaan dengan koridor menoleransi, dan ini perbedaan dalam balutan rasa dari Tuhan. Rasa yang akhirnya dapat menepis perbedaan. Rasa yang akhirnya dapat menjadikan aku dan kamu menjadi kita, menjadi kami, dan menjadi satu dari sekian cerita yang akhirnya disebut mereka. Aku masih percaya perbedaan itu indah dalam waktuNya.

0 komentar:

Posting Komentar