Kamis, 24 April 2014

Sedikit CELOTEH tentang Adz-Dzaariyaat: 49


Selamat siang teman-teman pembaca setia afifahrinjani.blogspot.com. Semoga hati kita selalu dalam keadaan baik dan menyenangkan. Siang-siang begini pasti enak menikmati rujak petis dan segelas es dawet, wahhh... (curcol). Kamis ini saya ingin sedikit berceloteh tentang konsep pemahaman saya pada Adz-Dzaariyaat: 49. "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah". Subhanallah, eitsss...tentang jodoh bukan? Biar ndak salah fokus yuk pantengin lagi. Tulisan ini termotivasi dari satu fenomena yang secara beruntun menjadi cerita panjang pada lingkungan saya tumbuh hari ini.
           Saya berada pada lingkungan dengan aneka ragam kepribadian dan pandangan, bahkan keyakinan. Beberapa teman saya masih cukup banyak bahkan banyak yang masih menganut ikatan kasih sayang itu ya jadian (pacaran), beberapa menganut ikatan kasih sayang itu ya langsung temui orang tuanya, ikatan kasih sayang itu ya taaruf, komitmen, ataupun segala bentuk penyebutan lain yang inti dasarnya adalah sama, mencoba mengikat. Mungkin bagi newbie seperti saya yang masih suangaaattt jarang mencoba menginterpretasikan sebuah firman, hal seperti ini jelas masih begitu asing. Tetapi lagi-lagi, pelarian yang terbaik dalam hidup adalah berlari mendekati Tuhan, membaca dan menuliskan, eeaaa... Okey kembali pada fokus awal.
          Lalu apa yang ingin saya tuliskan? Baiklah saya mulai dari pandangan saya, tulisan ini merupakan upaya saya mengubah mindset saya. Saya bukan perempuan yang menantang keras bahkan habis konsep pacaran (definisi kembali pada yang menjalani), saya juga bukan penantang keras konsep-konsep taaruf yang kemudian bertransformasi menjadi (hanya istilah, tindakan sama saja), dan saya bukan pendukung berat konsep-konsep ikatan lain atas nama apapun. Saya selalu meyakini, hakikatnya setiap manusia berhak memilih jalannya sendiri secara bebas dan terlindung, saya hanya berkewajiban untuk mendoakan kebaikan bagi teman saya, membagi pundak jika mereka datang karena tersakiti, dan menyediakan waktu untuk sekadar mereka bercerita, walaupun sesungguhnya saya belum menjadi perempuan yang selalu bisa menyelesaikan perihal hati saya sendiri.
            Karena hidup itu untuk berbagi, dan saya sedang mencoba menjalaninya. Saya memiliki teman-teman yang sesungguhnya saya sayangi, yang sejujurnya sering saya rindukan jika libur panjang berdatangan. Bohong jika TIDAK nangis berkepanjangan, nafsu makan berkurang, tugas-tugas kuliah cukup kurang fokus, bahkan lebih sering ingin diam ketimbang harus berkomunikasi dengan banyak orang, yaaa...mungkin itulah gambaran mengenai fenomena setelah satu dari dua insan memilih untuk tidak bersama atau lebih elegannya mencoba menjalani kehidupan masing-masing. Saya ambil ‘akibat’ tersebut dari rangkuman-rangkuman kisah dan ekspresi perempuan. Untuk yang kuat ya syukurlah, bagi yang ndak kuat maka mungkin tulisan saya ini sedikit memberi makna. Saya tidak memberikan opsi untuk mencari lagi (pasangan), karena itu kehendak, bukan pesan. Tarik nafas...senyum...dan bacalah ayat dalam Al-quran Adz-Dzaariyaat: 49, janji Allah (saya sebut demikian).
          Saya tidak tahu dari mana inspirasi saya menulis ini. Kajian saya buanyaakkk yang bolong, mengaji saya masih banyak yang belum satu juz per hari, tetapi saya meyakini, tulisan ini karena masih ada iman di hati. Allah menuntun saya, Ia tidak pernah ingin hambaNya tersesat. Jawaban kegundahan, kepastian akan ketakutan, dan Ia mengajak saya untuk mendekat agar dipeluk, Ad-Dzaariyaat: 49 menjadi jawaban kuncinya. Hakikatnya tidak perlu ada yang ditakuti jika ada yang pergi, hakikatnya menangislah hingga beranak sungai sekalipun  jika itu mampu melegakan hati, mencoba menenangkan diri dengan memutus segala komunikasi (bedakan dengan silaturahim yakkk) dan cukup mengingat bahwa kita tidak diciptakan untuk hidup sendiri. Allah sediakan pasangan tanpa harus kita ragukan, Allah sediakan pasangan tanpa harus kita bertelenovela gantung diri pasca ditinggal orang yang kita cintai, penganut model ikatan seperti apapun kamu, tengoklah ke dasar hatimu, Tuhan tidak pernah membohongimu. Setidaknya saya selalu meyakini konsep ini, dengan terus memperbaiki diri (mengupayakan selalu).
Jangan biarkan hatimu menyalahkan sikap orang lain yang menyakitimu, pelan-pelan kamu harus menerima, bahwa tidak semua orang berhak bersikap baik untuk mendidikmu. Entah dari mana saya bisa berpikir seperti ini, karena hakikatnya jika kita masih memiliki mimpi, kita akan selalu yakin bahwa bumi tidak akan berhenti berotasi saat pasangan kita dalam model dimensi apapun pergi. Yakinlah, bahwa kadang meyakinkan diri kita terlebih dahulu ini penting. Konsep tulus, konsep memberi, dan semuanya bermuara pada ikhlas. Aissss...ya mungkin ini merupakan kilasan instropeksi pasca secara beruntun fenomena-fenomena yang selalu menguras air mata itu datang. Cukup yakini, Tuhan lebih dekat dari pada ulu hati kita sekalipun. Semangat menguatkan diri kita, semangat melanjutkan hidup yang diyakini tidak akan sia-sia. Menyimak persepsi orang lain itu perlu,  tetapi meyakini kata hatimu dan firmanNya itu lebih diperlukan. So...keep fight! Selamat menikmati segelas es cincau hitam dengan santan kental dan es batu serut, pasti hatimu lebih tenang.

- Terima kasih untuk kabar terbaik dari Semarang dan telepon singkat dari ibuk di akhir bulan (Semakin sayang pada ibuk dan bapak, terima kasih telah mengajari saya berjilbab sejak TK, semoga pasca tertera dewasa saya pun dituntun untuk menjilbabi hati saya) - 

0 komentar:

Posting Komentar