Selasa, 25 September 2012

Masih Kamu yang Berabjad A...

Aku sudah membaca surat darimu. Aku begitu seksama seakan itu adalah sebuah kata yang ingin aku dengarkan darimu. Aku tersontak ketika rasa benar-benar menyatukan kita, menyatukan tanpa raga tetapi terganti jiwa. Terima kasih makhluk Tuhan berabjad A. Bagiku semua itu adalah satu dari rangkaian simfoni yang selalu kunanti.
Tapi tiba-tiba rasa ini kembali meragu. Meragu pada angan yang teramat jauh untuk sekadar diangankan. Aku pernah jatuh dalam angan yang tidak mudah, aku bisa bangkit walau tertatih, namun kali ini padamu aku tidak ingin. Aku ingin kita seperti ini. Menatap dalam semu, membayang dalam pikir, dan merindu dalam cakap pada Tuhan.
Kadang seperti rasa yang begitu ingin aku utarakan pada alam, bukan padamu. Rasa yang begitu membahana dalam segala hal yang tidak mudah terdeskripsi, dalam atmosfer yang begitu asing. Tidak ada celcius, tidak ada fahrenheit, tidak ada kelvin bahkan reamur. Semua seakan asing hanya bersua pada dinding yang asing pula. Rasanya ingin ketika aku lelah aku bisa bersandar pada dinding asing itu.
Ketika seakan banyak alasan membuatku untuk sejenak berhenti, tapi laju pikirku tentangmu seakan hanya memiliki satu rem. Iya benar, saat aku ingat kamu adalah ciptaan Tuhan. Bagaimana aku bisa berharap padamu, sedang kamu saja berharap pada Tuhan? Baiklah, mari kita sama-sama berharap pada Tuhan, berharap jika rasa yang kita miliki pastilah memiliki hikmah dan akan selalu menebar manfaat serta kebahagiaan. Bukankah begitu lebih membahagiakan kita? Membahagiakan rasa yang kamu dan aku miliki, menyenangkan aku dan kamu yang tak pernah berani berbicara, menceritakan pada alam saat kita sama-sama ingin diam? Bukankah begitu seseorang yang kutemui pertama kali sedang mengenakan kemeja?
Kamu masih selalu jadi bahasan topik nomor satu dalam setiap rangkaian alfabet yang aku tulis dalam blogku. Belum terganti, entah sampai kapan, sampai lelah melaju...

0 komentar:

Posting Komentar