1. Cerdas. Ia dapat menempatkan dirinya pra
memiliki pemimpin, dan ia tahu bagaimana cara untuk menjadi sosok yang layak
untuk pemimpin yang diinginkannya (melakukan yang terbaik). Perempuan yang
cerdas tidak pernah menyesal atas setiap hal yang dilakukannya, melainkan ia
beristighfar dan segera memperbaiki kesalahannya tersebut. Begitupun ketika ia
telah memiliki pemimpin, ia dapat mengimbangi dan menempatkan diri di hadapan
pemimpinnya, kemudian kecerdasan itu ditularkan kepada buah hatinya.
2. Pandai Memasak. Rutinitas inilah yang seharusnya
dibiasakan sejak dini, belajar memasak. Dengan membiasakan diri memasak, lambat
laun ia akan tahu bahwa ada seseorang yang menyukai masakannya. Baik
teman-temannya, keluarga terkasih, calon pemimpinnya, keluarga pemimpinnya bahkan
seseorang yang kurang menyukainya sekalipun. Semua berhak merasakan hasil
masakannya yang pas.
3. Memiliki rasa malu yang lebih. Iniah yang saat ini menjadi suatu
konsep yang harus mulai diterapkan. Perempuan haruslah memiliki rasa malu yang
lebih, lebih bukan berarti berlebih-lebihan. Show up is OK, tetapi harus
mengingat, bahwa kita memiliki koridor untuk itu semua. Tertawa jangan
berlebih-lebihan, pergaulan dijaga, dan sejenisnya. Tidak mudah bukan? Masih
gamang akan konsepnya, makanya belajar.
4. Dekat dengan Tuhan. Sesuatu yang paling penting bagi
seorang perempuan, dekat dengan Tuhan. Perempuan tidak hanya berorientasi bagi
kehidupannya di dunia, melainkan juga harus seimbang dengan akhiratnya, sholat
lima waktu, puasa wajib, begitupun sunnahnya. Saling berbagi dengan sesama.
Mumpung masih belum berusia 22 tahun, ayolah lakukan yang paling baik yang bisa
dilakukan.
5. Tanggung Jawab. Ia harus bertanggungjawab atas
setiap hal yang dilakukan. Segala rutinitas yang ia putuskan untuk dijalani,
maka tanggung jawab adalah pengikat yang paling bisa diandalkan. Lakukan amanah
dengan baik.
6. Berpenampilan Rapi. Ini dia yang harus dilakukan oleh
seorang perempuan. Bukan untuk menjerat lawan jenis, melainkan lebih dari itu.
Berpenampilan rapi mendorong ia untuk selalu berkehidupan secara teratur dan
tertata. Menyenangkan bagi dirinya karena nyaman dengan kondisinya, lalu
memberi pahala bagi yang melihatnya. Intinya semua diniati untuk Tuhan semata.
7. Manajemen perkataan. Hati-hati, ini dia yang paling
banyak menjatuhkan perempuan itu sendiri, kurangnya manajemen dalam berbicara.
Diri kita yang sepenuhnya mengetahui tentang hal ini, manakah yang sangat
penting, penting, cukup penting, kurang penting, atau yang hanya menghabiskan
tenaga dan menambah dosa saja. Ayooo belajar untuk itu!
8. Tidak mudah berkata ‘IYA’. Penerapan dalam segala aspek
kehidupan, tidak boleh dengan mudahnya untuk berkata iya, apalagi jika ia
mendapati beberapa laki-laki menyukai bahkan menyayanginya, cukuplah katakan
terima kasih. Itu lebih akan menghargainya ketimbang dengan mudahnya berkata
iya kemudian menjalani semuanya dengan segala hal yang masih kekanak-kanakkan
bahkan terkesan bodoh dan pembodohan. Katakan ‘IYA’ pada suatu hal yang kamu
yakini kebenaran dan siap akan konsekuensinya, katakan ‘IYA’ pada ‘dia’ yang
kamu yakini adalah separuh dari tulang rusukmu dan akan meluruskan tulang
rusukmu yang bengkok.
9. Mandiri dan suka menabung. Serangkaian investasi untuk masa
depan. Inilah yang penting untuk segera dipraktikkan. Seorang perempuan
tidaklah boleh untuk menggantukan kehidupannya pada orang lain. Misal:
temannya, laki-laki, atau siapa pun itu. Perempuan haruslah menjadi pribadi yang
mandiri. I siap dengan segala kemungkinan yang akan dihadapi, kemudia menabung.
Ayooo-ayooo mumpung belum berusia 22 tahun.
10. Kuat Hatinya. Menangis itu boleh, karena setiap
perempuan memiliki caranya sendiri untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Bagaimanapun caranya, menguatkan hati adalah satu dari sekian hal yang harus
digaris bawahi perempuan. Menguatkan hati sama dengan perempuan masih mencintai
hidup.
12. Tidak boleh lekas marah, dan putus
asa. Kesabaran
adalah ciri kita makhluk Tuhan. Dalam gema wahyu ilahiNya berkali-kali Tuhan
mengatakn ‘sabar, sabar, sabar’. Sabar adalah satu dari sekian bentuk usaha
kita untuk tidak menjadi seperti setan, ‘pemarah’. Menakutkan sekali bukan.
(pip)
0 komentar:
Posting Komentar