Selasa, 09 Oktober 2012

Masih Tentang Kamu Makhluk Tuhan Berabjad Awal A


Terima kasih makhluk Tuhan berabjad awal A. Ini hari ke tiga ratus sebelas pertemuan kita. Hari ini masih pagi. Tiba-tiba aku ingin berkisah tentang pagi. Pagi adalah waktu di mana pertama kali kita bertatap. Pagi itu saat kita bertatap masih dalam balutan musim hujan. Saat pagi itu pula aku dan kamu bagai dua makhluk asing. Dalam pagi itu pula sepertinya ada yang berbeda, entahlah...

Bertemu denganmu adalah Takdir. Itu yang masih aku yakini hingga pagi ini. Bertemu denganmu bukanlah suatu kebetulan. Itu yang masih tak pernah aku pertanyakan pada Tuhan. Bertemu denganmu adalah titik ubah yang tak biasa. Itu yang membuatku tak mudah gampang menyerah. Bertemu denganmu adalah cerita. Itu yang tak jarang memacu aku untuk semangat berkarya.

Cerita kita mungkin masih dalam rasa diam. Diam tanpa mengadu, diam tanpa saling bilang, diam tanpa saling merasa. Entah apa yang kita pikirkan, entah apa yang kita rasakan, entah apa yang kita jalani, dan entah sampai kapan semua ini akan bermuara. Kita pernah saling bertemu, kita pernah saling sapa, kita pernah saling malu menatap, kita pernah duduk dalam satu jajar, kita pernah saling memberi kabar, kita pernah saling menuntut walau itu dulu, kita pernah saling sakit, kita pernah saling tidak percaya. Lalu kita pun pernah saling bermanja (tanpa saling bicara), kita pernah saling bercanda , kita pernah saling rindu (walau jarang sekali terutarakan), dan aku pernah sesekali merasakan kamu menggenggam tanganku untuk sekadar melindungiku dari kerumunan, aku pun pernah merasakan kepalamu bersandar di bahuku ketika kamu lelah, dan aku pun pernah merasakan kamu begitu menyenangi pertemuan kita. Itu semua pernah terjadi dalam tiga ratus sebelas hari pertemuan kita. 

Terima kasih makhluk Tuhan berabjad awal A. Kamu tak jarang mengajariku untuk selalu bekerja keras. Kamu tak jarang mengajariku untuk selalu percaya pada keputusan Tuhan. Kamu tak jarang mengajariku untuk tidak berharap pada kisah yang kita jalani. Kamu tak jarang mengajariku untuk bersikap bahagia dalam diam. Kita mungkin abstrak dalam setiap percakapan, tapi aku percaya rasa itu masih ada dan selalu ada. Aku percaya rasa itu tak beku walau musim mulai berganti. Aku percaya terkadang kita harus melewati batas tersulit sebelum memulai pada titik permulaan. 

Terkadang aku berpikir, mengenalmu saja sudah cukup. Tapi tak jarang pula aku berpikir, tanpa cerita kita selama tiga ratus sebelas hari ini adalah hambar dalam rasa. Mungkin memang kita saling butuh, itu mengapa kita setiap hari saling datang. Entah dari mulai titik ini, apa yang akan terjadi. Aku hanya ingat saat itu kau bisikan dengan samar di telinga kananku, ‘kita lihat saja nanti’. Makhluk Tuhan berabjad awal A kamu memang selalu mengawali, kamu memang selalu menjadi yang pertama setiap pagi.

0 komentar:

Posting Komentar