Sabtu, 01 Juni 2013

Selamat Malam Mayapada...

Mengintip kolong langit yang masih senantiasa memberi ruang lepas untuk sejenak menunduk atas setiap nikmat ini. Aku mulai berjalan lagi, dan entah bagaimana caraku berjalan setelah ini. Iya, setelah ini. Setelah kita sama-sama mengerti bahwa bersama dalam rasa yang berbeda itu sungguh amat sangat tidak menyenangkan. Masih bersama kilauan mimpi yang semakin hari semakin tertepis bahkan seakan hendak lenyap. Aku ucapkan pada langit, aku mulai malam kini.

Iya aku mulai gelap lagi karena pagiku sudah beranjak. Ia berputar dan hendak tiba pada malam. Tapi ia berkata tak akan ada pagi lagi, ia seakan membiarkan aku sendiri menuju malam. Menuju malam yang kata matahari begitu nampak suram tak ada cahaya. Semakin seram ketika kilat dan hujan menghampiri tanpa henti. Iya, kata matahari malam begitu sunyi, bahkan sesunyi kolong langit yang selalu kuberi rapalan mantra-mantra tanpa lelah untuk dimengerti. Sungguh, aku hendak menuju malam, tanpa pagi, melepas daun dan tidak lagi sebagai embun.

Aku akan mendatangi malam setelah matahari secara perlahan meninggalkan siang dan tidak ingin berlama dengan sore. Iya, sebentar lagi malam dan sebentar lagi aku menjadi malam. Entah bagaimana nanti kebaikan malam menempatku pada bintang atau pada bulan, aku tak akan merajuk pada semua itu. Aku ingin setia pada malam yang selalu akan mulai memberiku nuansa baru yang kuanggap lebih baik. Aku seperti bebas bernafas dengan tulisan-tulisan yang terpahat karena sinar, iya sinar yang nanti akan menjadikanku malam yang tidak suram seperti kata matahari. Sinar itu yang mampu menjadikan aku indah sebagai malam tanpa harus merasa sendiri setiap selepas sore.

Dan seperti malam yang selalu berharap dijemput sinar dalam segala dimensinya. Entah bagaimana sinar dalam wujudnya, entah bersanding dengan bulan, entah bersanding dengan bintang, entah dipersandingkan dengan jagad malam. Entahlah, yang terharap hanya selalu malam yang membawa lepas dalam gembiranya, riangnya, senyumnya, dan setiap cerita-cerita baru yang terekam. Aku akan lebih memerhatikan raungan-raungan mimpi yang seakan menjerit untuk segera dijemput. Aku akan mengalihkan pagi, tak lagi bersama daun, dan tak lagi menjadi embun. Iya, aku akan menjadi malam dengan segala nuansa baru yang dijanjikan Tuhan bahwa tak ada tanam yang tak berbuah, dan tak ada pengharapan yang tertolak, hanya menunggu waktu saja bukan? Aku masih percaya, semoga sinar yang mendengar akan beranjak datang dalam segala dimensinya.

Aku akan memahat kisah baru. Iya, kisah baru tentang malam-malam yang tak terkebiri, tak terabaikan, tak terpermainkan, dan tak akan lagi menjatuhkan hujan tanpa mengerti mengapa dengan mudah ia jatuh di pagi hari. Aku datang mayapada, menjemput janji-janji surga yang hakiki. Menutup pagiku dan mulai menikmati malamku hingga pagiku bersanding dengan lebih baik dan bijak. Selamat datang kembali, Jingga seakan mulai menyala tak akan mati sia-sia teredup angin pagi. Selamat malam.

Selepas 06: 54: 30 WIB BUKAN ATAS NAMA KEBODOHAN, LEBIH DARI PEMBODOHAN.
Masih dalam akhir bulan yang penuh pengharapan. Pasca Aprilia menjadi lain.

1 komentar:

  1. Hidup selalu punya cara agar orang-orang ingat padanya. Pagi hadir sebagai sebuah keniscayaan konsekuensi adanya malam. :)

    BalasHapus