Jumat, 19 Juli 2013

Apa Kabar Sipit? Selamat Pagi!

Beratus-ratus hari kamu menemani
Beratus-ratus hari kamu belajar mengerti
Beratus-ratus hari kamu mengajakku bermimpi
Beratus-ratus hari, dan penantian itu hingga kini.

Apa kabar sipit? Apa kabar bawel? AKU MERASA LEBIH BAIK DENGAN KEDIPAN MATA SIPITMU. Aku tak pernah lagi berani menghitung berapa ratus harikah hari ini pasca kabar berhentak yang pernah terjadi di kotamu saat itu. Iya, saat kamu nyatakan padaku satu kabar yang TIDAK BISA MEMBUATKU MENETESKAN AIR MATA, tetapi mengubah banyak hal dalam hidupku. Aku masih melangkah lebih ingin maju ketika kusimak apa yang kamu bicarakan.

You look more beautifull than yesterday. Terntu kamu masih ingat kalimat tersebut bukan? Kamu tidak pernah membuat diriku tersanjung, iya, karena aku telah menyiapkan penangkal sejak awal perjumpaan itu. Aku merasa menjadi wanita yang lebih bisa menghargai setiap kalimat yang kau utarakan, aku merasa lebih baik ketika aku tidak mudah GR atas setiap tindak lakumu, dan SAAT ITU MERUPAKAN FASE PALING NYAMAN, iya, di mana kamu menyanjung dan aku hanya mengucapkan terima kasih. ITU SEDERHANA.

Melangkah dengan pasti dan semakin berani bermimpi. ITU yang selalu kamu bisikan beratus-ratus hari dalam kebersamaan kita. KAMU TIDAK PERNAH MEMBUATNYA DATAR TANPA CERITA. Ketika rasa sakit itu datang bersama, ketika tertawa lepas itu selalu kamu ciptakan, dan ketika kamu selalu mengajariku mandiri dengan selalu membuatku membuka pintu mobilmu dengan sendirinya. SEMUA ITU SEDERHANA, dan SEMUA ITU MEMBEKAS. Entah berapa ratus bahkan ribu hari lagi semua kisah ini akan membentuk satu cerita yang utuh, iya, cerita yang akan selalu menjadi ingatan-ingatan pahit menjadi manis, gengsi menjadi tertawa lepas, dan selalu menjadi cerita-cerita tersembunyi dalam hari-hari kita.

KEBERSAMAAN DAN KETIDAKBERSAMAAN KITA HARI INI ADALAH PILIHAN. Secerdas kita memilih, KUASA TUHAN AKAN MENUNJUKKAN AKHIRNYA. Aku masih percaya, kedipan mata sipitmu itu akan setiap pagi menghiasi coretan-coretan mimpi yang menyatu, kedipan mata sipitmu itu akan bersua dengan mata belok dan hidung mekrok. Sering semua ini tak jarang membuatku merasa bahwa bersama dengan seseorang yang kamu sebut Mbulet adalah cara menghantarkan kasih yang begitu sederhana. BERATUS-RATUS HARI KITA SEMAKIN BERMAIN TEKA-TEKI, selalu mengartikan sendiri bagaimana sikap yang saling kita tunjukan, dan menebak sendiri berapa ribu hari semuanya akan menepi. TUHAN MAHA PEMBOLAK-BALIKAN HATI, begitu pula hati kita bukan? Mungkin rindu kita berbalut malu, kamu terlihat semakin sipit. Selamat pagi, mungkin Mataram akan membuatmu melihatku menangis lagi...

0 komentar:

Posting Komentar