Senin, 13 Agustus 2012

Lagi-lagi Tentang Dia


Aku sering memikirkan perasaan ini. Perasaan yang selalu coba kulawan namun akhirnya hanya mampu kutahan dengan air mata. Perasaan yang mendalam tapi tak pernah menarik untuk diselami. Perasaan yang sebenarnya logika dan kata hati tak pernah menyatu, iya, perasaanku kepadamu. Kepadamu pemilik mata sipit, pemilik senyum simpul, pemilik bayangan yang selalu membuatku tertahan. Tertahan pergi dari cerita kita setiap hari. Mungkin benar aku mulai menyukaimu.

Belum genap tiga ratus lima puluh enam hari aku mengenal sosok itu. Sosok yang terpaut tak lebih tiga tahun di atasku. Sosok yang akhir-akhir ini menjadi segala tumpahan ceritaku di buku harian. Sosok yang akhir-akhir ini menjadi sorotan dalam setiap hal yang aku kerjakan. Sosok itu kamu, bukan yang lain.

Bagaimana aku mampu mengungkapkan sedangkan aku sendiri merasa terkalahkan. Terkalahkan oleh ketidakyakinanku, keraguanku, dan ketakutanku. Semua itu mencoba mengalahkan perasaan ini, dan tak jarang semua berhasil. Aku bisa sesekali tidak mengingatmu, sesekali berani mengacuhkanmu, sesekali berhasil kuat untuk tidak menghubungi, ataupun sekadar tidak mengangkat teleponmu, membalas pesan singkat darimu, namun itu hanya sesekali. Seringnya aku selalu tak mampu. Tak mampu untuk tidak menyisihkan waktu untukmu.

Aku terlalu kaku untuk mendeskripsikan semua ini. Semua hal yang kita jalani. Bagiku ini semua adalah kisah yang belum pernah aku tuliskan pada coretan kertas di tahun-tahun sebelum aku mengenalmu. Aku merasa ini adalah fase paling menyenangkan sejauh aku mengenal sesama manusia di dunia ini. Aku banyak belajar.

Aku merasa semakin rajin untuk belajar dan semakin bertanggungjawab dalam setiap hal yang menyangkut kuliah hingga organisasi. Aku merasa semakin semangat untuk berbenah dan memperbaiki diri. Aku merasa semakin optimis untuk dapat menggapai semua cita-citaku. Aku merasa lebih baik, benar memang bukan karenamu, namun di situ ada sumbangsihmu, sumbangsih kehadiran dirimu dalam kehidupanku.

Kita mengetahui jika kita berbeda, aku sensitif dan melankolis, sedangkan kamu simpel dan easy going, namun aku merasa perbedaan itu adalah cara Tuhan untuk memberikan ladang belajar menerima, belajar bersabar, belajar untuk saling melengkapi kebutuhan. Aku merasa Tuhan teramat adil untuk setiap hal yang sudah Ia rencanakan. Kamu memang sedang menguasai ranah sensitif dalam hidupku. 

Untuk kamu, aku masih yakin dan akan selalu yakin Tuhan akan memberi yang terbaik untuk kita, maka aku masih saja selalu berharap hanya kepada Tuhan, pemilik raga dan hati kita. Untuk kamu, aku masih yakin dan selalu yakin, kita memiliki cara berbeda untuk meraih masa depan kita, maka biarkanlah kita berjalan dengan segala cara yang berbeda. Untuk kamu, terima kasih atas setiap krayon yang telah memadukan warna yang indah sehingga aku merasa betah untuk tidak ingin segera menghapusnya. Aku tak pernah berharap kepadamu bahwa KAMU ADALAH LAKI-LAKI ASING YANG MASUK KE RUMAHKU UNTUK PERTAMA KALI DAN AKAN MENJADI BAGIAN DARI KELUARGAKU, namun aku selalu berharap kepadaNya SEMOGA TUHAN MENJAWAB DOA-DOA KITA, doa terbaik dari hatiku dan hatimu. Doa apakah itu? Entahlah, aku masih suka menjadi rahasia.

Dengan Kasih...
Embun Jingga

0 komentar:

Posting Komentar