Aku sering
memikirkan perasaan ini. Perasaan yang selalu coba kulawan namun akhirnya hanya
mampu kutahan dengan air mata. Perasaan yang mendalam tapi tak pernah menarik
untuk diselami. Perasaan yang sebenarnya logika dan kata hati tak pernah
menyatu, iya, perasaanku kepadamu. Kepadamu pemilik mata sipit, pemilik senyum
simpul, pemilik bayangan yang selalu membuatku tertahan. Tertahan pergi dari
cerita kita setiap hari. Mungkin benar aku mulai menyukaimu.
Belum genap
tiga ratus lima puluh enam hari aku mengenal sosok itu. Sosok yang terpaut tak
lebih tiga tahun di atasku. Sosok yang akhir-akhir ini menjadi segala tumpahan
ceritaku di buku harian. Sosok yang akhir-akhir ini menjadi sorotan dalam
setiap hal yang aku kerjakan. Sosok itu kamu, bukan yang lain.
Bagaimana aku
mampu mengungkapkan sedangkan aku sendiri merasa terkalahkan. Terkalahkan oleh
ketidakyakinanku, keraguanku, dan ketakutanku. Semua itu mencoba mengalahkan
perasaan ini, dan tak jarang semua berhasil. Aku bisa sesekali tidak
mengingatmu, sesekali berani mengacuhkanmu, sesekali berhasil kuat untuk tidak
menghubungi, ataupun sekadar tidak mengangkat teleponmu, membalas pesan singkat
darimu, namun itu hanya sesekali. Seringnya aku selalu tak mampu. Tak mampu
untuk tidak menyisihkan waktu untukmu.
Aku terlalu
kaku untuk mendeskripsikan semua ini. Semua hal yang kita jalani. Bagiku ini
semua adalah kisah yang belum pernah aku tuliskan pada coretan kertas di
tahun-tahun sebelum aku mengenalmu. Aku merasa ini adalah fase paling
menyenangkan sejauh aku mengenal sesama manusia di dunia ini. Aku banyak
belajar.
Aku merasa semakin rajin untuk belajar dan semakin bertanggungjawab dalam setiap hal yang menyangkut kuliah hingga organisasi. Aku merasa semakin semangat untuk berbenah dan memperbaiki diri. Aku merasa semakin optimis untuk dapat menggapai semua cita-citaku. Aku merasa lebih baik, benar memang bukan karenamu, namun di situ ada sumbangsihmu, sumbangsih kehadiran dirimu dalam kehidupanku.
Kita
mengetahui jika kita berbeda, aku sensitif dan melankolis, sedangkan kamu
simpel dan easy going, namun aku merasa perbedaan itu adalah cara Tuhan untuk
memberikan ladang belajar menerima, belajar bersabar, belajar untuk saling
melengkapi kebutuhan. Aku merasa Tuhan teramat adil untuk setiap hal yang sudah
Ia rencanakan. Kamu memang sedang menguasai ranah sensitif dalam hidupku.
Untuk kamu,
aku masih yakin dan akan selalu yakin Tuhan akan memberi yang terbaik untuk
kita, maka aku masih saja selalu berharap hanya kepada Tuhan, pemilik raga dan
hati kita. Untuk kamu, aku masih yakin dan selalu yakin, kita memiliki cara
berbeda untuk meraih masa depan kita, maka biarkanlah kita berjalan dengan
segala cara yang berbeda. Untuk kamu, terima kasih atas setiap krayon yang
telah memadukan warna yang indah sehingga aku merasa betah untuk tidak ingin
segera menghapusnya. Aku tak pernah berharap kepadamu bahwa KAMU ADALAH
LAKI-LAKI ASING YANG MASUK KE RUMAHKU UNTUK PERTAMA KALI DAN AKAN MENJADI
BAGIAN DARI KELUARGAKU, namun aku selalu berharap kepadaNya SEMOGA TUHAN
MENJAWAB DOA-DOA KITA, doa terbaik dari hatiku dan hatimu. Doa apakah itu?
Entahlah, aku masih suka menjadi rahasia.
Dengan
Kasih...
Embun Jingga
0 komentar:
Posting Komentar