Akhirnya pagi menghampiriku. Selamat
datang kuucapkan padamu. Pagi yang telah membangunkan pikiranku dari hati-hati
cengeng dan penuh ketakutan. Aku seperti disontakkan oleh waktu, ia amat
terang, bukan petang atau senja. Bukan gerhana, ini benar-benar pagi. Aku dapat
berjalan lagi. Dengan kedua kakiku utuh tanpa cela. Pagi...aku kembali
menjumpaimu.
Tiada habis kata ini jika kuserahkan
sepotong hatiku hanya untuk rasa-rasa yang belum tentu berasa sama sepertiku.
Aku seperti hanya menyerahkan setengah waktu dari satu waktu yang kupunya
secara sia-sia. Bukankah menyambut pagi lebih indah dan lebih terang ? Ia
pasti, tak samar, tak abstrak, tak akan berdusta.
Selamat datang pagiku. Pagi yang
kuibaratkan keyakinan untuk selalu berjuang di masa emas yang sedang kujalani.
Pagi yang kuibaratkan keputusan demi keputusan dalam hidup bukanlah lagi sebuah
permainan monopoli yang bisa kapan saja kuulangi. Pagi yang kuibaratkan bahwa
setengah dari hidup ini adalah mengabdikan diri bagi setiap makhluk Tuhan yang butuh
hadirku, yang menanti ulur kasihku karena ia tak mampu berdiri sendiri. Pagi
yang kuibaratkan Tuhan selalu andil dalam setiap tirakat dan peluhan keringat
yang tiada henti bercucur. Selamat datang pagi, jiwa ragaku tak lagi ringkih.
Aku akan selalu menjadikanmu pagi
yang selalu membangunkanku. Pagi yang selalu semangat, pagi yang selalu membuat
muncul asa-asa baru, pagi yang selalu menjadikan bahwa dunia ini belum
berhenti. Itu pagi, aku belum ingin beranjak. Entah sampai kapan, aku tak ingin
terbatas, aku tak ingin hanya diam merenung, meratapi, bahkan menghardik
ketertinggalanku. Aku telah kembali. Iya, aku kembali bersama pagi dan satu
pohon matahari yang selalu menghiasi. Aku kembali bersama pagi dengan setiap
asa yang mulai kugali semangatnya, kugali pemikirannya, dan kusajikan dalam
setiap karyaku.
Tanpa pagi aku tak terlihat, aku tak
akan terbaca bahkan oleh kicauan burung gereja sekalipun. Aku hadir kembali,
menyibak dan meninggalkan hal tak pantas terkenang. Aku bersama pagi kini
berlari. Ini karya kami, aku dan pagi. Sejenak diam, AKU KEMBALI.
Pagi remang, penutup dua puluh pada
bulan yang sama masih pasca dua ribu dua belas.
Ini bukan tentang makhluk berjenis
yang bisa diidentifikasi.
Kota Asa ( Berbunga-bunga)
0 komentar:
Posting Komentar