Seperti setiap cerita indah yang selalu aku rangkai dalam setiap
fiksiku, kini aku mulai berajak pada satu titik yang cukup terang. Iya, titik
di mana aku harus melihat aku memang sedang beranjak dengan mereka bersama
mimpi-mimpiku. Menengok ke kanan dan ke kiri telihat aku bersama malaikat,
menengok ke depan dan ke belakang bersama pembelajaran dan harapan, sesekali
melirik ke atas melihat Tuhan tersenyum padaku, dan melirik ke bawah melihat
cinta yang ditebarkan pada pundak dan langkahku. Aku benar-benar tidak sendiri
kali ini, ini lebih dari cukup rasa.
Ini bukan masa tersulit yang sedang aku lewati, ini hanya masa
yang cukup mebuatku merasa harus lebih berjuang keras, berjuang untuk cita,
berjuang untuk asa, berjuang untuk harapan-harapan mereka. Dalam perjuangan ini
nyatanya aku tak pernah sendiri. Untuk apa aku takut jika lentera itu akhirnya
mati, jika embun tak lagi membasah, jika purple tak lagi ungu, jika tulisan tak
lagi lugu, jika langit tak lagi datang senja, jika mata akhirnya harus melihat
nyatanya memang aku penuh dalam dekapan kasih Tuhan. Aku seperti tercengang
saat melihat kemudahan itu janjiMu, bukan janji-janji para penebar janji yang
tang sungkan lupa diri, iya, lupa pada janji yang diungkap, dikata, bahkan
diserapahkan.
Semakin detik yang kulalui semakin aku tak ingin melewatkan
sedikitkpun tanpaMu, bahkan setengah detik yang tak terhitung harusnya aku
selalu mengabdi padaMu. Iya, padaMu yang menciptkan pekanya rasaku akan
kasihMu, pekanya semua indera yang kumiliki untuk ciptaanMu yang lain. Tuhan,
kali ini aku semakin terang, mimpiku semakin dekat, senyumku seakan tak pahit
lagi, asal aku selalu mendekatiMu, bukankah pasti kamu akan selalu menjadi
pemilik kuasa atas hidupku. Entah aku tak tahu amal manakah yang akan
mengantarkan aku ke surgaMu, aku hanya ingin selalu beguna tidak hanya untuk
umat-umat Muhammad, iya, semua ciptaanMu lebih kusebut Tuhan.
Kota bunga yang selalu lengang, sebelum matahari terbit, hari
kedua puluh satu, bulan kabisat, tahun yang mendekatkanku pada angka dua puluh.
Semangaattt Apipah \^^/
BalasHapuseh bukannya surat Al-Insyirah yak? emang ada surat Al-Syarh?
Semangat juga kak Zahraaa :)
BalasHapusAda kok mbak, afif pikir al-insyirah, tapi nyatanya malah belum nemuin, adanya al-syarh.
Spekulasi pertama sepertinya itu nama gantinya mbak :)
# kayaknya sih