Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh Pembaca setia blog rinjani. Salam sejahtera bagi
kalian semua. Selamat menikmati hujan. Apa kabar kalian? Semoga dalam keadaan
sehat dan selalu termotivasi untuk melanjutkan hidup dengan mimpi-mimpi kalian.
Sore ini saya hadir dengan wajah yang SEDIKIT dipaksa untuk mudah senyum dan
lebih ceria, mau tahu mengapa? Salah satunya karena saya merasa memiliki kalian
teman-teman pengunjung setia blog ini, pembaca kisah-kisah polos dan hanya
mengandalkan semangat dalam menulisnya, semoga bermanfaat.
Kota malang
sore ini dipenuhi hujan, bukan hujan-hujan air mata kegupuhan mendekati Ujian Akhir Semester, melainkan hujan yang
sungguh membuat saja de javu dengan cukup seringnya. Saya merasa pernah
melewati momen-momen ini sebelumnya, Ups! Langsung merujuk pada postingan
pertama saya tahun 2011 ya? BUKAN! Bukan tentang itu, langsung kesindir :p hihiii...
Baiklah,
topik saya sore ini adalah tentang RESOLUSI. Hwaaa??? Apa itu resolusi? Buka
kamus ya, jreng-jrenggg... Ini artinya!!!
re·so·lu·si /rĂ©solusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan
atau tuntutan yg ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan
tertulis, biasanya berisi tuntutan tt suatu hal: rapat akhirnya mengeluarkan
suatu -- yg akan diajukan kpd pemerintah
Dengan kata
lain jika dikaitkan dengan konteks mimpi, maka dapat dikatakan resolusi adalah
target atau keinginan yang sudah kita bulatkan untuk dicapai dalam kurun waktu
yang telah kita tentukan. Ribet banget ya? INTINYA adalah ‘target’. Apa sajakah
resolusi teman-teman satu semester ini? Buka catatan semua ya... langsung
pindah pandang ke saya, kalau saya di antaranya adalah MEMILIKI SAHABAT (minimal 1 laki-laki dan 1 perempuan). Sudahkah tercapai?
Yappp!!! Itulah salah satu resolusi
saya sebelum 2013 ini berakhir, saya ingin memiliki sahabat. Lebih
kontekstualnya teman dekat, teman yang bisa mengajak saya untuk berkembang dan
semakin positif menjalani hidup. Mungkin teman-teman yang membaca
catatan-catatan di dinding saya akan tertawa, mengapa satu semester hanya satu?
Karena bagi saya dalam stratanya sahabat dan teman adalah suatu hal yang
berbeda. Berbeda dalam fungsi, sama dalam tujuan. Berteman dan bersahabat adalah kegiatan yang sama-sama menyenangkan, berteman
dan bersahabat sama saling mengajak untuk berkembang, tetapi apakah ia berteman
atau bersahabat itu adalah urusan hati.
Mungkin
edisi kali ini adalah pengembangan dari edisi-edisi sebelumnya, jika dalam
edisi sebelumnya saya menceritakan tentang Nofi
Hendri Arizandy dan Ika Mazkia Izzati, kali ini saya akan menceritakan
tentang Apriyani Purwaningsih.
Taraaa!!! Siapakah dia? Merupakan perempuan asli Tuban kelahiran 20 tahun
silam, suka berpuisi dan kritis dalam setiap presentasi-presentasi di kelas. Progress belajarnya sangat signifikan,
dibuktikan dengan target-target pencapaian akademik yang WOW luar biasa. Ia
yang sering bawel kepada saya jika berurusan dengan akademik dan CINTA, hingga
tentang keluarga.
Teman yang
paling asyik jika berurusan dengan makanan, mulai dari menusuk pentol pinggir
jalan, minum teh racek, jajan empek-empek imitasi Palembang, hingga paling
semangat SOK-so’an kalau ada event kompetisi
di luar negeri. Teman yang membuat saya semakin semangat belajar Bahasa
Inggris, bukan bahasa penjajah. Lalu titik istimewanya di mana? Mungkin di arah
tujuan kaki kita. Kita cukup sering
pulang kuliah bersama, walaupun datang kuliah lebih sering berbeda karena saya
sering terlambat datang, kita cukup sering saling bertanya bersama, walaupun
dalam pemahamannya saya lebih jarang TIDAK TUNTAS, tapi dia melengkapi, tidak
pernah mengeluh jika saya bertanya dalam waktu yang tepat, MELENGKAPI!.
Iya, mungkin begitulah gambaran pertemanan kami, sampai hari ini pun saya masih
abstrak haruskah saya menyebutnya sahabat, tapi tingkat kenyamana itu lebih, setara
saat kami bertiga Afif, Apri, Ika berjalan
bersama hanya untuk jajan Bakso di pinggir jalan. Terima kasih J
Saya
menemukan suatu petikan kalimat hikmah penuh arti ketika sedang mencari ilmu di
Mushola Nurul Ilmi Fakultas MIPA (Mushola pertama yang bersejarah bagi saya).
Begini petikan itu saya dapatkan:
“Bukanlah kesia-siaan menghabiskan waktu untuk teman itu ketika
teman sakit dan kita mengnjunginya, ketika dia banyak pekerjaan dan kita
membantunya, dan ketika lupa kita datang mengingatkannya “ (Atha’).
Subhanallah, lalu nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? Pelan-pelan
piala-piala pembuktian itu memberi senyum pada seisi rumah, pelan-pelan
kegersangan hati mulai diisi oleh jejak-jejak pendapat, peningkatan-peningkatan
kualitas pemikiran, dan sebab salah satunya adalah kalian teman. Teman itu
sederhana, sesederhana minum es dawet selasih di pinggir jalan saat saya lelah
setelah presentasi final LKTIN UNS kemarin. Apakah resolusi saya telah
tercapai? Kita lihat saja nanti J See you on
top!!!
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
0 komentar:
Posting Komentar