Senin, 04 Februari 2013

Bukankah Kamu Juga Begitu My Engineer?

Selamat pagi kotaku yang masih memesona. Aku kembali pagi ini bersamamu dalam rasa yang berbeda. Iya, berbeda dari sekitar hampir dua bulan yang lalu saat aku mengunjungimu. Bersama rasa-rasa asing yang menggelayuti akhirnya aku dapat bersua denganmu kotaku yang penuh cerita. Sempat aku berpikir bagaimana jika Jokowi saja yang memimpin dirimu saat ini, tentunya dengan harapan jalan-jalan yang merusak onderdil kendaraan itu segera mulus seperti jalan Tol Porong-Surabaya, museum, sisa benteng yang tersisa terselamatkan dan tak punah, dan kemajuan dalam bidang pertanian pun dapat dirasakan oleh para petani yang bekerja tanpa lelah dan henti. Itu mimpiku pada kotaku.

Hei kotaku, aku pulang bersama sosok baru yang begitu berbeda denganku. Ia pernah menebak kehadiranku dengan kata kunci aku sedang mencari yang berbeda, entah benarkah atau tidak bukan menjadi suatu jawaban pasti yang harus aku katakan. Ini dinamika, ada kalanya memang alam yang pantas menjawab. Aku seperti bahagia. Aku seperti merasa bahwa mimpi-mimpiku akan semakin dekat.

Kadang aku seolah tak peduli bagaimana ia dengan perempuan yang bersamanya. Aku tak pernah berpikir mereka akan berpisah. Bukankah alam masih mengajarkan bahwa berbagi kebahagiaan merupakan satu dari sekian amal yang sangat dicintai Tuhan? Tentulah ketika mereka bahagia kemudian ternyata Tuhan memberiku takdir yang lebih baik maka kita akan bersama-sama saling bahagia? Bahagia itu kemudian melebur dan kita akan menua bersama dengan kebahagian. Ini hanya dramatisasi mimpi yang pantasnya tak perlu terpublikasi sepagi ini. Itu nanti, bukan sekarang.

Kotaku, aku ingin mengenalkan sosok baru itu kepadamu melalui setiap kebaikan yang muncul pasca aku merasa pertatutan itu ada akhirnya, kapankah itu? Entahlah. Kini aku dan ia masih sama-sama sedang menyelesaikan cerita kita masing-masing. Seperti sosok fiksi yang digadang-gadang akan menemani tuaku dan tuanya nanti. Kita hanya bisa sama-sama saling merapal doa, saling sama-sama meraih cita, saling sama-sama menghadapi lara, liku, duka bersama. Iya, saat ini kita memang sedang bersama dalam kasih Tuhan. KasihNya melebur dalam setiap percakapan kita yang masih jauh, namun kita mulai mempermainkan rasa, kita merasa rasa itu harus diikutserakan. Kita mengenal dengan saling tidak sengaja, kemudian bertukar cerita dan mimpi tentang asa, kemudian berinteraksi tanpa rasa dan akhirnya merapat dengan lekukan lara dan duka. Aku masih berharap esok akan ada cerita baru yang lebih membahagiakan.

Entah rasa apa ini, aku masih bermunajat ini rasa yang menyenangkan. Bukankah kamu juga begitu My Engineer?

Kota Awalku, Empat pada bulan kedua masehi dua ribu pasca dua ribu dua belas.

0 komentar:

Posting Komentar