Minggu, 20 Mei 2012

Bukan Magnet Melainkan Seperti Balqis Dengan Sulaiman

Selamat malam untukmu yang hari ini mungkin merasa lelah karena aktivitasmu yang begitu luar biasa. Menjaga semangat adalah satu dari sekian hal yang aku sukai dari sosokmu. Sosokmu yang akhir-akhir ini mampu menjadi sinar tersendiri saat aku mulai penat dengan segala hal yang bernama rutinitas. Entahlah, jika aku membaca status akun jejaring sosialmu yang cukup menyenangkan, aku seperti mendapat stimulus hormon yang luar biasa. Asupan yang biasanya hanya aku dapatkan dari sosok-sosok hebat di sekelilingku, misal kedua orang tuaku terkasih. Lagi-lagi terimkasih ya.

Tuhan, mayapada begitu lengkap dengannya. Bukan antara bulir-bulir yang saling bersipadu melainkan bulir-bulir yang saling melengkapi, dalam warnanya, dalam coraknya, dan dalam apa yang tak bisa diberikan oleh yang lain, seperti saat kamu bilang, “manusia sepertimu itu hanya menanti diluruskan tulang rusukmu yang bengkok”. Entahlah, semudah ini atau secepat inikah? Aku hanya tahu bahwa aku benar-benar seperti seseorang yang mencari atau menanti dalam keadaan absurd.

Lagi-lagi gunung yang terlihat dari jendela kamarku telah tertutup malam yang penuh gemintang. Gemintang yang mungkin hanya bisa dilihat oleh sosok-sosok sepertiku, sosok yang saat ini seperti memiliki pelita dalam imajinya, entah benar atau salah, malam yang gelap menjadi terang karena ada sebesit pikiranku tentangmu, ada sebesit cerita konyolku saat mengingat sosok keras sepertimu. Apa-apan ini Tuhan, hatiku mulai terkontaminasi!

Sepertinya malam ini memiliki tema yang sama. Masih saja tentang  “seperti mengagumimu” atau bahkan “seperti menyayangimu” atau malah “seperti mencintaimu”. Entahlah, semua itu tak mudah untuk disimpulkan. Takdir Tuhan serasa menahanku untuk tak berpikir demikian, menahanku untuk sedikit demi sedikit menetralisir rasa yang sudah terkontaminasi ini. Walaupun tak mudah, namun tak ada alasan sulit bagi sosok yang tak mudah menyerah sepertiku.

Hei kamu, sepertinya aku memang benar-benar ingin mendengar sapaanmu. Mendengar sapaan logatmu yang membuatku terasa sama, iya, sama-sama. Sama dan sama akhirnya sama, sama dikali sama hasilnya pun sama, kemudian menambahkan langkah sepersekian meter per detik maka kita akan dekat karena memiliki banyak kesamaan. Bukan seperti magnet melainkan seperti Balqis dengan Sulaiman. Hei iya, itu kamuJ

Dengan Kasih...
Embun Jingga

0 komentar:

Posting Komentar