Kamis, 17 Mei 2012

Bukan Sebongkah Lagi (Hope 2)

Selamat pagi untukmu yang masih diberi waktu oleh Tuhan merasakan kehidupan ini. Pagi ini ilalang menari-menari setelah semalam menangis membaca isyarat darimu. Bukan menari melambai syahdu, melainkan menari karena hembusan angin yang menyebabkan energi kinetis untuknya. Melupakan isyarat tak menyenangkan itu ternyata mudah, cukuplah dengan memaafkan. Bukankah memaafkan adalah tindakan yang tak perlu diminta oleh orang yang kita sayangi? Karena dengan sendirinya ia akan datang menjamu hati yang dicondonginya.

Tuhan, aku bukan menyerah. Melainkan aku pasrah atas setiap hal yang belum seharusnya menjadi belenggu dalam setiap waktuku. Saat  di mana aku mengingat kedipan matanya, gerak langkahnya, gaya bicaranya, dan caranya menyapaku di siang itu. Ketika takdir memberikan waktu yang tak mampu ku ketahui kapan tibanya, aku tak ingin menyimpulkan semua itu sendiri.

Dalam rampalan munajatku padaNya untukmu setiap lima kali dua puluh empat jam bahkan lebih, bukan kulakukan  di altar itu, melainkan di sudut pojok ruangan di seberang jalan lentera itu. Aku selalu meminta pada Tuhan agar tak menjadikanmu sosok pengganggu dalam tidur malamku bahkan sebelum mata ini istirahat sejenak waktu, sosok pengganggu saat dosen memberikan kuliah tamu, atau bahkan sekedar saat aku akan makan karena aku masih berharap dapat menyuapimu. Namun lagi-lagi Tuhan belum mengabulkan semua munajatku. Apalah ini Tuhan, seperti dogma-dogma absurd yang tak mampu ku kendalikan.

Jalanan ini masihlah licin karena aku belum membersihkannya agar kesat, semua berlalu lalang dengan sigap dan cepat, seperti saat segala memori tentangmu berputar-putar yang membuat perutku tertwa riang. Lagi-lagi aku seperti mengikuti laju cerita yang berderu namun bukan ombak, menerjang bukan juga ombak, melainkan deruan pasir yang akan mengikis permukaan tanah. Seperti itu pula saat ini tentangmu di sela-sela jemariku. Memberi warna bukan hanya bahagia, duka, kecewa melainkan warna bukan lagi abu-abu.


Dengan Kasih...
"Embun Jingga"




0 komentar:

Posting Komentar